Selasa, 18 Juni 2013

AdRewa, bisa nggak ya?



Berulangkali mencoba mendaftarkan blog saya ke salah satu program pay per click (PPC) yang dilansir oleh perusahaan mesin pencari terbesar di dunia membuat saya stress karena gagal terus. Berkali-kali dicoba jawabannya tetap sama. Intinya, blog yang saya kelola belum memenuhi syarat untuk dipasang iklan baris. Memang sih, siapa juga yang mau pasang iklan di blog yang hanya dikunjungi segelintir orang setiap harinya? Yang jelas kalau mau blog kita dilirik oleh pemasang iklan terutama yang berbasis pay per click tentunya blog harus dikemas dengan baik. Sering diisi dengan postingan yang seru dan up to date. Ini yang kadang susah. Bukan karena sulit menulis tapi mencari waktu untuk menulis itu yang terkadang susah. Tapi ya, itu konsekuensi. Kalau anda punya blog, maka anda harus bertanggung jawab untuk sering-sering update postingan yang ada di dalamnya. Apalagi kalau blog anda sudah mempunyai beberapa pengikut (followers) maka tanggung jawab anda akan lebih besar lagi. Kenapa? Karena para followers adalah orang-orang yang kemungkinan senang dengan tulisan dalam blog anda dan ingin mendapatkan pemberitahuan jika ada tulisan baru yang ditampilkan. Bayangkan saja kalau berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tak ada postingan baru dari Anda, wah.. maka mereka akan kecewa dan ujung-ujungnya tidak meneruskan lagi menjadi pengikut di blog Anda.

Baru-baru ini saya menyasar untuk menjadi salah satu publishernya AdRewa. AdRewa adalah layanan periklanan online yang mempertemukan para pemasang iklan (advertiser) dengan para penerbit iklan (publisher). Layanan ini dikembangkan oleh AstaMedia Group, perusahaan internet marketing dan blog advertising yang terkemuka di Indonesia, AdRewa menyajikan iklan digital dengan sistem pay per click (PPC) berbasis keyword, baik berupa iklan text atau iklan banner dengan sejumlah ukuran. Melihat deskripsi di webnya langsung membuat saya tertarik untuk mendaftar pada layanan pay per click AdRewa ini. Tapi tunggu dulu, simak dulu informasi lengkapnya ya..

Akun publisher di AdRewa dibuat untuk para pemilik website atau blog yang mau mendapatkan penghasilan online dengan memasang iklan dari AdRewa. Publisher akan mendapatkan penghasilan dari setiap iklan yang diklik dengan sah pada situs atau blog mereka. Program di publisher AdRewa adalah program kerjasama periklanan yang memungkinkan para publisher (penerbit iklan) menampilkan iklan di web atau blog mereka dan akan mendapatkan bayaran untuk semua klik yang sah pada iklan yang tampil. Publisher bebas untuk bergabung ke dalam sistem periklanan AdRewa dan dapat mulai menampilkan iklan di situs mereka segera setelah menyelesaikan proses pendaftaran. Menjadi publisher di AdRewa cukup mudah tinggal klik di sini untuk mendaftar. Setelahnya anda harus menunggu akun anda disetujui terlebih dahulu. Jika disetujui, maka anda bisa mulai menayangkan sejumlah iklan AdRewa di website dan blog anda.

Terus bagaimana dengan iklan yang akan dipasang nanti? Bagaimana mengelolanya? Nah, format iklan AdRewa ini cukup sederhana untuk dikelola. Anda dapat membuat kode iklan Anda sendiri dengan pilihan ukuran, warna dan tipe iklan sesuai kebutuhan. Anda dapat memutuskan berapa banyak iklan teks atau iklan banner yang akan ditampilkan pada web dan blog Anda. Ada satu hal yang unik juga di AdRewa. Yaitu menyangkut kode iklan yang dihasilkan. Kode iklan yang dihasilkan untuk mesin pencari memang dibuat khusus untuk mesin pencari yang akan menampilkan iklan tergantung pada kecocokan kata kunci yang digunakan untuk pencarian. Kode iklan untuk halaman konten akan mengidentifikasi tema dan isi halaman web atau blog secara otomatis dan menampilkan iklan yang relevan. 

Kalau iklan sudah dipasang, terus bagaimana? Nah, pertanyaan ini saya tahu ujungnya kemana he..he.. pasti mengenai pendapatan yang dihasilkan, iya kan? Di AdRewa saldo minimal untuk pencairan adalah Rp. 50.000,- artinya jika earning publisher sudah mencapai sejumlah itu maka publisher bisa mengirimkan permintaan agar earning atau pendapatan tersebut bisa dicairkan. AdRewa akan mentransfer ke rekening publisher sesuai dengan nomor rekening yang terdaftar pada sistem. 

Saya pun sudah menayangkan iklan AdRewa di 2 blog yang saya kelola yaitu blog Apa Itu HIV dan AIDS serta blog ini. Lumayan juga, baru tayang beberapa waktu sudah dapat Rp. 500,- lumayan kan? Mudah-mudahan ke depan angka nol di belakangnya nambah ya...

Salah satu blog saya (Apa Itu HIV dan AIDS) yang menayangkan iklan AdRewa
Oh iya, kadangkala ada saja yang mencoba-coba curang dengan meng-klik sendiri iklan (fraud klik) yang ada di blog atau web yang telah dipasang iklan Adrewa. Nah, layanan iklan PPC AdRewa telah dilengkapi dengan sistem teknologi tinggi yang mampu mendeteksi setiap fraud klik. Oleh karenanya AdRewa 100% tidak akan memberikan toleransi untuk setiap kecurangan, terutama yang menyangkut klik fraud. 

Nah, kalau sudah membaca lengkap informasi di atas, yakin nggak ya kalau AdRewa bisa? Bisa apa? Ya, jelas lah, bisa memberikan penghasilan tambahan dari blog. Selamat mencoba!

Kamis, 30 Mei 2013

Kuliah Sehari tentang BCC bersama Oedojo Soedirham, MD, MPH, MA, PhD



Tanggal 22 Mei 2013 yang lalu bertempat di restoran Mahameru, beberapa staf Wahana Visi Indonesia Urban Surabaya berkesempatan mengikuti workshop tentang BCC (Behavior Change Communication) yang difasilitasi oleh Bapak dokter Oedojo Soedirham. Mungkin karena beliau juga adalah seorang akademisi (beliau adalah staf pengajar di Departement of Health Promotion and Behavioral Sciences, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat UNAIR), selain sebagai Ketua Forum Kota Sehat Surabaya, lebih tepat kalau saya sebut kuliah sehari ketimbang menyebutnya sebagai workshop.

Dokter Oedojo dalam kuliah sehari tentang BCC di Mahameru Restaurant Surabaya
Acara kuliah sehari itu dibuka dengan beberapa penjelasan dan doa oleh Pak Nanang (staf Wahana Visi Indonesia) dan kemudian dilanjutkan dengan perkenalan singkat tentang Wahana Visi Indonesia yang disampaikan oleh Bapak Abraham Sitompul selaku Urban Manager WVI Urban Surabaya. Kemudian untuk mencairkan suasana, masing-masing peserta atau staf yang hadir saat itu memperkenalkan diri juga kepada nara sumber.

Sebelum memulai dengan materi kuliah, Pak Oedojo memberikan sedikit pengantar tentang definisi “sehat”. Ternyata kalau bicara soal “sehat” maka kita tidak lagi hanya berbicara masalah kesehatan saja melainkan banyak faktor. Sehat tidak selalu bicara soal physical wellbeing, tapi juga mencakup mental dan psychological wellbeing. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang dimiliki oleh Indonesia sudah berbicara soal spiritual well-being. Namun lagi-lagi pada pelaksanaannya menemui banyak kendala. Kendala yang dihadapi dalam menafsirkan “sehat” dalam banyak sektor biasanya berhubungan dengan masalah anggaran.

Materi kuliah dimulai dengan pengantar tentang apa-apa saja yang mempengaruhi behavior atau perilaku manusia. Yang jelas budaya (culture), perilaku (behavior), dan komunikasi (communication) saling berkaitan satu sama lain. Budaya akan membantu mempertajam perilaku (culture helps shape behavior). Berbicara budaya sendiri juga dipengaruhi oleh isi (context) budaya itu. Ada negara-negara dengan high context culture dan ada negara-negara dengan low context culture. Seperti apa penjabarannya agak kurang jelas saya mengerti, namun kalau kita perhatikan bahwa China, Korea, dan Jepang itu berada pada high context culture sedangkan di low context culture itu ada negara Jerman, Swiss, Amerika bagian Utara maka saya rasa kita bisa mengira-ngiralah apa yang dimaksud low context dan high context tadi. Sayang, Indonesia tidak disebutkan masuk kemana. Nah, selain budaya ada banyak faktor lain yaitu sikap (attitude), nilai-nilai (values), emosi, etika, otoritas, koersi, dan genetika. Rupanya, tidak hanya itu saja. Jika ada perbedaan lingkungan maka akan ada perbedaan masalah. Perbedaan masalah akan mempengaruhi faktor-faktor yang dipaparkan tadi.

Berbicara soal Behavioral Communication berarti berbicara tentang perilaku dari hari ke hari atau waktu ke waktu sebagai bentuk dari komunikasi. Sedangkan inti dari komunikasi itu sendiri adalah bagaimana suatu pesan bisa tersampaikan. Hal-hal sederhana yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari antara lain: gaya rambut yang ekspresif, cara seseorang memperlihatkan emosi, atau bahkan jika seseorang itu memutuskan untuk mencuci piring atau tidak mencuci piring adalah suatu bentuk komunikasi perilaku. Komunikasi perilaku tentu akan berbeda dan bisa tidak dimengerti oleh orang lain. Tantangan utamanya adalah Cultural Barrier yang terdiri dari: Semantik (bahasa), konotasi kata, perbedaan tone/ nada, dan perbedaan persepsi. Nanti bisa dilihat dalam gambar terlampir bahwa beda tanda atau “sign” yang ditampilkan atau diperagakan seseorang bisa beda penafsirannya oleh orang lain di berbagai belahan dunia.

Di banyak negara beda tanda bisa beda penafsiran (Sumber: Materi BCC Oedojo Soedirham)
Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri? Hovland (1948) merumuskan komunikasi sebagai “proses di mana seorang komunikator mentransmisikan stimuli untuk memodifikasi perilaku orang lain”. Wilbur Schramm (1954) merumuskan komunikasi adalah “menyebabkan penerima dan pengirim saling bersesuaian terhadap pesan tertentu”. Sedangkan Astrid Susanto (1977) mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti”. Lalu Robins (1982) merumuskan komunikasi sebagai “perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain”. Artinya, kalau mau disimpulkan, dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan, gagasan, informasi dari seseorang terhadap orang lain. Penyampaian pesan, gagasan dan informasi ini disampaikan dengan menggunakan lambang-lambang tertentu . Nah, penyampaian pesan, gagasan dan informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan lambang ini merupakan suatu proses dimana pesan, gagasan dan informasi yang disampaikan diharapkan dapat menimbulkan pengaruh dalam bentuk perubahan tingkah laku si penerima.

Lain lagi kalau berbicara tentang perilaku (behavior). Berbicara tentang perilaku tentunya akan terbagi dalam 2 (dua) bagian besar yaitu perilaku beresiko dan perilaku tidak beresiko. Maka kalau kita mengharapkan adanya perubahan perilaku, ada dua bagian besar yang akan dikerjakan yaitu bagaimana merubah apa yang “risky” behavior menjadi “safe” behavior dan yang kedua bagaimana mempertahankan perilaku yang sudah “safe” (maintain safe behavior). Dari sini kita akan tahu bahwa target utama untuk perubahan perilaku adalah orang-orang dengan “risky” behavior.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam “merubah perilaku”. Tahapan tersebut adalah: Knowledge, Approval, Intention, Practice, dan Advocacy (memotivasi orang lain untuk berubah setelah dirinya sendiri berubah). Lalu apa BCC itu sendiri?

Behavior change communication (BCC) is a process of any intervention with individuals, communities and/or societies to develop communication strategies to promote positive behaviors which are appropriate to their settings. This in turn provides a supportive environment which will enable people to initiate and sustain positive and desirable behavior outcomes. BCC should not be confused with behavior modification, a term with specific meaning in a clinical psychiatry setting. Lho kok jadi bahasa Inggris? Yah, menurut Pak Oedojo sulit untuk menafsirkannya dalam bahasa Indonesia dan karena saya setuju dengan beliau, jadi saya copy paste kan saja ya.. :-)

Yang jelas dalam penerapannya BCC itu adala proses yang kontinu. Kalau kita mengerti siapa sasaran BCC, misalnya sasarannya adalah orang dewasa yang ingin dirubah perilakunya maka metode yang akan kita gunakan adalah metode Andragogi yaitu metode pengajaran pada orang dewasa dan bukan metode Pedagogi (metode pengajaran pada anak). Metode-metode ini nanti akan kita bahas kemudian jika saya ada waktu men-searching atau mengumpulkan informasinya. Metode lain yang harus dipikirkan adalah bagaimana bentuk BCC itu sendiri apakah BCC akan disampaikan secara interpersonal atau melalui mass-media?

Oh iya, BCC sendiri sering disalah artikan dengan banyak nama misalnya: IEC, health education, health promotion, AIDS education, atau social marketing. Memang ada kesamaan dalam penamaan tersebut yaitu unsur komunikasi yang ada di dalamnya namun menurut Pak Oedojo mereka berbeda dalam sisi scoupe nya.

Jika ingin men-develop BCC maka pertimbangkanlah beberapa hal berikut ini: Kualitas dan kreatifitas yang professional, pandangan/ masukan dari health professional, memasukkan nilai-nilai (values), dan adanya partisipasi masyarakat yang diharapkan (community participation). Kalau BCC yang didevelop akan menggunakan metode interpersonal maka pastikan untuk melibatkan orang-orang yang cukup dikenal di level orang-orang yang ingin dirubah perilakunya. Untuk ini pendekatan dengan metode peer education sangat disarankan.

Selanjutnya Pak Oedojo melanjutkan dengan beberapa teori tentang perubahan perilaku. Ternyata teorinya cukup banyak juga. Ada teori tentang Health Belief Model (HBM). Teori tentang kehendak Tuhan (Perception of Divine Will). Dan ada juga teori tentang Reasoned Action (TRA) vs Theory of Planned Behavior (TPB). Sebelum teori tersebut dijelaskan, lebih dahulu dipaparkan juga tentang Barrier Analysis. Lewat Barrier Analysis kita dapat membuat target dari awal tentang perubahan perilaku apa yang kita harapkan dan bagaimana prosesnya dalam melewati hambatan atau barrier yang ada. Nih, simak dalam versi Inggrisnya: Barrier Analysis is a rapid assessment tool used in community health and other community development projects to identify behavioral determinants associated with a particular behavior so that more effective behavior change communication messages and support activities (e.g., changing social norms) can be developed.

Langkah-langkah melakukan Barrier Analysis (Sumber: Materi BCC Oedojo Soedirham)
Health Belief Model sendiri adalah teori yang cukup dikenal di Amerika untuk health-education. Lewat HBM pelaku BCC akan dibantu agar sasaran dapat: Merasakan kerentanan (perceived susceptibility), merasakan kekerasan (perceived severity), merasakan manfaat jika merubah perilaku (perceived benefits), mengisyaratkan perubahan (ada aksi atau tanda-tanda ingin berubah/ cues for action), dan akhirnya mulai merasakan efektifitas diri (perceived self-efficacy).

Sedangkan Theory of Reasoned Action dapat digunakan untuk memprediksi apakah memang perubahan perilaku yang diharapkan itu akan berhasil atau tidak. Setiap intervensi yang dilakukan, menurut TRA harus memperhatikan perubahan sikap yang dihasilkan dan pandangan subyektif yang dirasakan atas norma yang ingin dibuat. Dengan memperhatikan kedua hal ini maka perilaku positif akan terjadi jika kedua unsur yang dipertimbangkan tadi berhasil positif juga.

TRA dan TPB dalam perubahan perilaku (Sumber: Materi BCC Oedojo Soedirham)
TPB sendiri hampir mirip dengan TRA hanya mempertimbangkan penggunaan kontrol dan power (kekuatan). Dengan tambahan 2 (dua) hal ini maka perubahan perilaku akan lebih mudah diharapkan untuk berhasil.

Akhirnya, penyampaian materi selesai juga. Sesi tanya jawab pun dimulai. Ada banyak pertanyaan yang disampaikan oleh teman-teman staf. Yang jelas, kembali lagi kepada proses. Tidak ada proses yang singkat untuk perubahan perilaku. Metode yang akan digunakan harus tepat sasaran dengan mempertimbangkan penggunaan Barrier Analysis. Dan yang terpenting menunjukkan bahwa si pelaku yang ingin merubah perilaku orang lain harus juga berubah.

Acara kuliah sehari itupun selesai dan ditutup dengan makan siang bersama. Wah, boleh juga sering-sering acara seperti ini ya.. menambah ilmu sekaligus menghemat pengeluaran ... :-)

Sampai bertemu dalam share materi-materi lainnya!

Jumat, 15 Maret 2013

Usia 36: Hadiah Terindah (lagi) dalam hidupku?

Sepertinya sudah menjadi tradisiku kalau setiap berulang tahun selalu menuliskan refleksi singkat. Tapi kali ini bukan refleksi. Ada cerita lain. Cerita lain yang harus dituliskan. Tentang hadiah. tentang cinta dan kasih sayang.

Sumber gambar: www.123rf.com
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 36. Aku selalu geleng-geleng kepala setiap mengingat usiaku. Mengingat usia dan menghitung-hitung pencapaian apa yang sudah kudapatkan selama ini. Okelah, sudah married, sudah punya istri yang benar-benar pilihan Tuhan buatku. Harus kuakui kalau itu adalah hadiah terindah dalam hidupku.

Pernikahan kami saat ini sudah berjalan 3 tahun lebih. Sebagai orang batak, tentu pertanyaan yang sering kami terima selalu berujung pada "sudah berapa anak dalam keluarga?". Pertanyaan mudah yang kadang sulit dijawab.

Entah sudah berapa kali kami harus menjawab pertanyaan itu. Ingin rasanya menjawab dengan angka. Tapi kami percaya kalau Tuhan pasti punya rencana indah sehingga suatu saat nanti kami bisa menjawab dengan angka.

Pagi ini aku dan istriku memeriksakan darah ke rumah sakit Siloam Surabaya. Periksa darah ini adalah bagian dari program bayi tabung yang kami jalani selama sebulan terakhir. Sebulan yang melelahkan tapi kami berusaha untuk tak mengeluh. Jadi atau tidak, kami tetap percaya kalau kami punya Tuhan yang berkuasa mewujudkan segala sesuatu.

Ada 4 embrio yang ditanam dalam kandungan istriku. Aku tidak tahu hasilnya berapa embrio yang berkembang dalam rahim istriku. Yang pasti siang tadi sewaktu aku telepon ke rumah sakit Siloam, dijawab suster, "Hamil!". Jawaban yang sempat membuatku tercengang hingga kuulang lagi pertanyaanku. "Nanti sore kontrol ya Pak, ketemu dengan dokternya!", begitu lanjut suster tadi.

Aku masih diliputi suasana haru dan tegang. Rasanya kaki ini tak menginjak bumi, itu tadi kata istriku sewaktu aku memberitahu kabar dari suster. Yang jelas kami bersyukur. Masih bisa melakukan periksa darah. Masih diberi kesempatan untuk berharap. Entah jadi atau tidak, cuma satu saja pikiranku, "Tuhan, Engkau memang luar biasa!".

Apakah ini akan menjadi hadiah terindah (lagi) buatku? Tidak ada yang tahu. Iya atau tidak, Tuhanku tetap hebat! Iya atau tidak, kami tetap akan bersyukur!

Semoga!

Rabu, 27 Februari 2013

Penghijauan dan Perubahan Iklim


“Penghijauan itu penting!” kata seorang guru pada para muridnya. Murid-murid tetap ramai berbicara satu sama lain seolah tak ada yang mendengarkan guru mereka mengatakan satu kalimat tadi. Kalimat itu yang selalu diucapkan pak guru Solihin sebelum memulai mengajar setiap hari. Itu cara dan komitmen yang diambil pak guru Solihin untuk menekankan pentingnya penghijauan sejak dini kepada para muridnya. Mungkin saat ini mereka terlihat tidak peduli, tapi pak guru satu ini percaya, kelak di kemudian hari murid-muridnya akan sadar betapa pentingnya penghijauan dan mulai mengambil tindakan untuk mulai melakukannya.

Tapi apakah sebenarnya penghijauan itu? Apakah sama dengan reboisasi atau penanaman hutan kembali? Ternyata ada juga bedanya. Reboisasi lebih menekankan pada penanaman hutan kembali. Artinya hutan yang sudah ditebang, yang sudah  tandus dan botak ditanami kembali. Reboisasi penting karena pohon itu banyak gunanya. Dari mulai pentingnya pohon untuk keseimbangan sebuah ekosistem, mengembalikan kembali habitat alam sebelumnya, hingga ke masalah yang lebih rumit yaitu global warming atau pemanasan global. Nah, ini dia yang menarik untuk dibahas. Yaitu bagaimana penghijauan bisa juga bermanfaat untuk mengantisipasi perubahan iklim yang kita rasakan saat ini.

Beda pengertian dan definisi reboisasi dan penghijauan itu bisa ditinjau dari lokasi dan jenis tanaman yang digunakan. Manan (1978) menyatakan bahwa reboisasi merupakan penghutanan kembali hutan bekas tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan. Kegiatan reboisasi meliputi kegiatan pemudaan pohon, penanaman jenis pohon lainnya di area hutan milik Negara atau area lain yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, semua kegiatan membangun hutan di area bekas tebangan atau lahan kosong lain di dalam kawasan hutan dimasukkan dalam kegiatan reboisasi.

Sedangkan penghijauan merupakan kegiatan penanaman pada lahan kosong di luar kawasan hutan, terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan, pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras, tanaman pupuk hijau, dan rumput pekan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan, dan ditingkatkan kembali kesuburannya (Manan 1976; Supriyanto,1984). Menurut Kadri dan kawan kawan (1992), upaya yang termasuk dalam rangkaian kegiatan penghijauan, yang sudah disebutkan berupa pembuatan bangunan pencegah erosi tanah, misalnya pembuatan sengkedan (teras) dan bendungan (check dam) yang dilakukan pada area di luar kawasan hutan.

Tapi apapun beda dari dua istilah tersebut hanya satu kesimpulannya. Keduanya sangat penting dan berguna terutama untuk mengantisipasi perubahan iklim sekarang ini. Bicara tentang perubahan iklim, sebenarnya apa kah perubahan iklim itu? Apa dampaknya bagi kita sehingga kita harus bisa mengantisipasinya?

Perubahan iklim berarti perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih.  Jika iklim berubah, maka rata-rata selama 30 tahun suhu udara, atau curah hujan, atau jumlah hari matahari bersinar, pun akan berubah. Sangat mudah untuk mencampuradukkan antara iklim dan cuaca. Lalu bagaimana membedakannya? Iklim adalah apa yang kita harapkan (misalnya musim dingin yang dingin) dan cuaca adalah apa yang kita dapatkan (misalnya hujan). Cuaca adalah sesuatu yang terjadi pada lapisan atmosfer pada setiap waktu: seberapa hangat, berangin, cerah atau lembab kondisi waktu itu. Iklim merupakan deskripsi dari rata-rata cuaca yang terjadi pada kurun waktu tertentu, biasanya selama lebih dari 30 tahun dibandingkan dengan variasi rata-rata dari tahun ke tahun.  Variasi mungkin terjadi karena musim panas tertentu yang panas atau musim dingin tertentu yang sangat dingin. Nah, kalau dikatakan saat-saat ini sedang berlangsung perubahan iklim, maka sedang ada perubahan yang sedang terjadi di muka bumi ini. Contoh: tadinya kita berharap (iklim) musim hujan akan berlangsung dari bulan sekian hingga sekian, namun kenyataan yang kita dapatkan (cuaca), belum sampai pada bulan tersebut justru tidak ada hujan malah panas terik yang kita dapatkan. Makin panjangnya musim panas di daerah tertentu atau musim dingin yang tak berakhir di daerah lain padahal sudah bukan waktunya lagi, itulah yang sedang terjadi di muka bumi ini.

Banyak yang menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh efek rumah kaca. Padahal secara teori efek rumah kaca justru dibutuhkan oleh semua mahluk hidup yang berada di muka bumi ini. Tanpa efek rumah kaca  bumi akan dingin dan tak bisa dihuni. Namun yang terjadi sekarang – sebenarnya bukan baru sekarang dimulainya – adalah bertambahnya efek rumah kaca tersebut. Lebih jelasnya sebagai berikut:

Suhu udara Bumi ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang masuk dari Matahari dalam bentuk radiasi yang terlihat (sinar matahari) dan energi yang secara konstan dikeluarkan oleh permukaan Bumi ke angkasa dalam bentuk radiasi infra merah yang tidak terlihat (panas). Energi matahari masuk ke Bumi melalui lapisan atmosfer yang transparan, tanpa mengalami perubahan, dan kemudian memanaskan permukaan Bumi.  Namun radiasi infra merah yang terlepas dari permukaan Bumi sebagian diserap oleh beberapa jenis gas di atmosfer, dan sebagian dipantulkan kembali ke Bumi.  Efek dari fenomena ini yaitu penghangatan permukaan Bumi dan lapisan bawah atmosfer.  Fenomena ini yang disebut efek rumah kaca. Gas-gas penyerap utama yang berada di atmosfer yaitu uap air (bertanggung jawab sekitar dua pertiga dari efek tersebut) dan karbon dioksida.  Metana, nitro oksida, ozon dan beberapa gas lain di atmosfer yang berada dalam jumlah sedikit juga berkontribusi pada efek rumah kaca.  Tanpa efek rumah kaca, Bumi akan, secara rata-rata, 33 derajat Celcius lebih dingin dari kondisi sekarang.

Efek rumah kaca (Sumber: BMKG)
Nah, yang terjadi saat ini adalah bertambahnya efek rumah kaca tersebut oleh bertambah banyaknya gas penyerap tadi. Darimana gas-gas penyerap atau gas-gas rumah kaca itu berasal? Kadar CO2 meningkat begitu pesat seiring dengan digunakannya bahan bakar fosil untuk transportasi dan produksi energi lainnya. Adanya penebangan hutan juga menambah banyak jumlah CO2 yang dilepas ke udara yang mungkin jika jumlah hutan tidak dikurangi, gas CO2 tersebut dapat diserap oleh tanaman/ hutan tadi.

Selain CO2 juga ada gas Metana yang dilepas ke udara oleh aktifitas manusia terkait dengan penggunaan pupuk untuk pertanian, distribusi gas alam dan pembuangan sampah. Selain CO2 dan Metana, juga ada banyak jenis gas-gas lain yang menambah volume gas penyerap yang meningkatkan efek rumah kaca. Ada Nitro Oksida dari penggunaan pupuk dan hasil pembakaran bahan bakar fosil, ada CFC dari penggunaan pendingin ruangan, ada aerosol dari penggunaan banyak produk yang menggunakan gas ini, dan lain-lain. Kesemuanya berkontribusi hari demi hari bukan semakin berkurang namun semakin banyak seiring dengan bertambah banyaknya populasi manusia di muka bumi ini.

Perubahan iklim ini sudah banyak diantisipasi oleh berbagai lembaga baik lokal maupun internasional. Salah satunya adalah Oxfam. Oxfam adalah konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Lewat Oxfam, beberapa kegiatan untuk mengantisipasi perubahan iklim telah dilakukan. Antara lain, Oxfam telah menggalang komitmen bagi negara-negara besar atau kaya untuk membantu negara kecil dan miskin dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim di negaranya. Komitmen ini masih berlanjut hingga saat ini dan Oxfam terus-menerus mengingatkan banyak negara akan komitmen ini sehingga alokasi dana berimbang untuk antisipasi perubahan iklim tetap bisa berlanjut. Lebih lengkapnya silahkan klik di sini.

Lalu bagaimana cara mudah bagi kita sebagai bagian dari masyarakat untuk mengantisipasi perubahan iklim tadi? Ikut seperti pak guru Solihin di atas boleh-boleh saja. Tapi penting juga melakukan aksi langsung. Jalan satu-satunya untuk sebuah aksi langsung adalah kembali ke penghijauan tadi. Banyak yang bisa dilakukan sebenarnya. Jika mengubah perilaku untuk mengurangi jumlah gas-gas tadi dirasa sulit, maka paling tidak, harus ada kontribusi dari setiap orang untuk penghijauan. Katakanlah 1 orang saja menanam satu pohon dan terus merawat pohon itu seumur hidupnya maka akan ada 6 milyar pohon baru di muka bumi ini. Pohon memang membutuhkan lahan untuk berkembang tapi 1 pohon tentunya lahan yang dibutuhkan akan lebih sedikit dan lebih masuk akal untuk dilakukan.

Jajaran pohon Trembesi di Jalan Raya Darmo Surabaya (Dok. Pribadi)
Yuk, mulai tanam pohon! Bukan untuk kita tapi untuk anak cucu kita di masa mendatang. Bumi ini bukan warisan untuk kita, tapi kita pinjam sementara dari anak cucu kita!

Bacaan: