Kamis, 17 Januari 2013

Surprise!


Sumber: www.getloans.com
Yun terlihat gelisah. Matanya melihat ke luar pintu ke sudut jalan yang tampak dari situ. Sejak semalam dia diberitahu mamanya kalau dia harus bersiap menyambut kedatangan seorang laki-laki yang mau dikenalkan dengannya. Yun agak sedikit kesal. Ngapain sih pake dikenal-kenalin. Nggak bisa ya percayakan hal ini ke diriku saja? Harus ya diintervensi orangtua untuk urusan beginian? Tapi Yun juga sadar. Tidak ada yang salah dengan itu. Beberapa waktu lalu juga sudah pernah beberapa kali dia diminta menjadi mantu oleh beberapa kerabatnya. Ada ibu-ibu di gereja yang satu pelayanan dengannya setiap bertemu Yun selalu bilang, “Kau lah Yun, jadi mantuku”, “Nanti kusuruhlah anakku main-main ke rumah dinasmu ya..” dan masih banyak lagi. Rumah dinas dokter Puskesmas itu kadang ramai hanya untuk menerima kunjungan beberapa “saudara jauh” yang ingin berkenalan. Ada yang lanjut dengan follow up yaitu telepon dan sms, ada juga yang tidak ada kelanjutannya. Sampai akhirnya Yun kadang bosan juga. Memang, ada juga satu dua lelaki yang berkeinginan keras untuk melanjutkan hubungan dengan Yun tak sekedar kenalan saja tapi langsung lanjut ke jenjang pernikahan. Tapi bukannya Yun tak mau diajak serius, namun memang tak ada satupun dari para lelaki yang mengajak hubungan serius itu yang sesuai dengan kriteria Yun.

Memang apa sih kriteria Yun untuk lelaki dambaannya? Tidak harus ganteng sebenarnya. Yang pasti cukup mapan. Paling tidak punya penghasilan lah… Masa calon suami harus bergantung ke istri nantinya? Kan repot! Selain itu, kriteria lainnya cukup klise walau sangat penting bagi Yun. Anak Tuhan, rajin memberi perpuluhan, mungkin berat badan agak ideal, wajah jangan terlalu Batak, dan segudang kriteria lainnya.

Yessi adik sepupu Yun sepertinya menangkap kegelisahan kakak sepupunya. Dia cuma senyum-senyum sambil mengganggu Yun dengan celetukan berandai-andai, “Gimana kalau yang datang itu ……. (badannya gemuk, muka Batak abis, pendek, dan lain-lain)”.
Yun makin gelisah, matanya tak lepas dari pintu yang terbuka satu sisinya. Di dapur tantenya sibuk. Instruksi dari mamanya Yun sangat jelas, beri kesan pertama yang terbaik!

***
Wil melihat struk pembayaran atm yang diberikan kakaknya. Itu tiketnya menuju Medan pulang pergi. Beberapa hari lalu Wil dihubungi oleh mamanya untuk bisa berkenalan dengan seorang gadis kenalan teman mamanya. Mungkin bukan kenalan tepatnya tapi saudara dari teman mamanya Wil, satu arisan di ibu-ibu komplek Palbatu dan sekitarnya.

Wil sebenarnya agak sungkan. Tapi mau bilang apa. Berkali-kali Wil bilang ke mamanya kalau dia masih bisa cari sendiri jodohnya tetap jodoh itu tak kunjung datang. Memang ada beberapa hubungan yang pernah dijalin Wil sebelumnya tapi kandas. Entah itu putus di tengah jalan, putus karena ada orang ketiga, atau putus karena kesibukan masing-masing sampai nggak sadar kalau sudah putus. Ada juga yang sempat ingin dibawa ke babak selanjutnya yaitu mengenalkan si jodoh dengan orang tua Wil, tapi belum diperkenalkan secara formal eh..sudah putus lagi.

Bukan kali ini saja Wil ingin dikenalkan ke kerabat dan sanak saudara. Pernah dulu dikenalkan juga ke seseorang. Hubungan terjalin juga antar orang tua lewat berbagai kesempatan. Bertemu dalam satu undangan pernikahan atau pertemuan lain yang disengaja. Sebenarnya Wil nggak terlalu suka dengan gadis yang satu ini. Dia terlalu glamour dan pergaulannya agak terlalu bebas. Tapi itu menurut penglihatan Wil.

Bandara Soekarno Hatta sudah terlihat dari jendela bis airport. Tadi Wil naik bis itu dari stasiun Gambir. Dia turun dari bis masuk dalam antrian orang-orang yang ingin terbang ke berbagai destinasi. Proses cek in tidak terlalu lama. Wil masuk ruang tunggu.
L** 2** please board to the aircraft…”. Boarding. Harap-harap cemas Wil menyusuri lorong menuju pesawat itu. Pesawat yang akan membawanya ke Medan dari Jakarta. Bertemu seseorang yang nantinya akan menjadi ibu dari anak-anaknya….

bersambung

Senin, 07 Januari 2013

Ingatan Lama Waktu Gempa Alor 2004

Sedikit ingatan lama kembali muncul melihat koleksi foto lama di eksternal hard disk. Foto tersebut diambil saat saya ikut terlibat dalam penanganan gempa di Alor tahun 2004. Waktu itu sekitar bulan November. Hanya 1 bulan semenjak proses serah terima saya menjadi Korkab (kordinator Kabupaten) untuk program TB FIGHT di Alor.
Ikut menimbang ikan asin untuk dibagikan. Donald (kiri) tersenyum senang. 

Masih jadi dokter, yang jelas ada pasiennya he..3x
Alat medis tak lengkap bukan kendala. Tang pun dipakai.
Belum satu bulan proyek sudah diusulkan mau di freeze sementara. Wah, seru juga. Waktu itu semangat idealis masih menggebu-gebu (sekarang sudah nggak kah? he..3x). Tiada hari istirahat, tiada hari untuk mandi. Jalan dan jalan kaki terus ke desa-desa terdampak gempa. Yuk, pengobatan gratis! Siapa mau, ayo daftar!

Susah juga kalo alat terbatas gini ya...
Belum diminta buka baju, dah dibuka. Semangat ya pak?

Dari pulau ke pulau, ini dia benefit yang saya rasakan, keindahan alam!
Yang menarik adalah ketika harus menjahit luka seorang warga yang mungkin tertimpa reruntuhan gempa. Tak ada alat medis ayng lengkap, pakai tang pun jadi, asal disetrilisasi dengan baik (baik nggak ya waktu itu, lupa-lupa ingat...).

Akhirnya, selamat menikmati beberapa gambar terlampir!