Rabu, 29 Juni 2016

A good team made a good leader!

Sedikit catatan dari Keplek Ilat sore itu... 



Siapa yang nggak ada hayoo...?



Saya perlu berpikir lama sebelum menuliskan judul di atas. Tadinya saya pikir tulisan ini akan berjudul “Kebersamaan itu penting!” atau “Bukan basa-basi, yang penting kebersamaan!”, tapi kemudian saya berpikir lagi, jangan-jangan hanya saya yang menganggap itu penting dan bisa saja oleh rekan yang lain hal itu nggak penting-penting amat, malah mungkin ada yang berpikir kalau itu hanya merepotkan saja. Kan sudah selesai jam kerja, ngapain sih ngumpul lagi? Mudah-mudahan itu hanya di pikiran saya saja ya…

Yang jelas sore itu suasana tampak asyik lah pokoknya. Coba bayangkan, mendekati akhir bulan dimana wujud THR belum tampak apalagi wujud mahkluk bernama gaji seakan masih jauh di seberang lautan, tim ini masih sanggup bersuka ria, saling bercerita, menikmati makanan ala kadarnya (kayaknya nggak kalo yang ini, karena makanannya buanyak bingitsss..), dan menampakkan kegembiraan seolah-olah tidak khawatir kalau THR tidak datang atau gaji terlambat masuk. Yang nggak puasa sepertinya malah makan lebih banyak dari yang puasa. Sebenarnya ini sah-sah saja, karena yang puasa tentu perutnya sudah terlatih untuk tidak menerima banyak makanan sehingga cepat kenyang (alasan… he..3x).

Namun dibalik kebersamaan adapula terselip kekhawatiran. Kekhawatiran kalau kebersamaan ini mungkin tak akan terulang di waktu-waktu yang akan datang. Mungkin bisa jadi terulang tapi dengan personil yang berbeda atau personil yang berkurang. But, what a heaven! (kebalikan dari umpatan yang biasa) ada yang bilang kesusahan sehari cukuplah untuk sehari karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Setiap orang pasti khawatir dengan masa depan, akan seperti apakah? Akan bagaimana kah? Bagaimana dengan rencana nikah? Kok nggak boleh punya anak dulu? Kejam amat sih pak UM.. tapi lebih kejam pak SO lah yang jelas-jelas melarang nikah… 

Anyway, seperti judul di atas, seorang pemimpin itu terlihat hebat karena dia memiliki staf yang hebat. Jika seorang pemimpin memiliki staf yang buruk dan dia terlihat buruk, maka ada yang salah dengan pola kepemimpinan sang pemimpin. Lebih parah lagi kalau sang pemimpin memiliki staf yang hebat namun dia terlihat buruk.. nah lokasian amat, kalau situasinya begitu yah.. mungkin sudah harus sadar diri, meletakkan kepemimpinan dan mau dipimpin.

Anyway lagi, maka peran staf tak beda dengan peran pemimpin. Staf harus bisa memimpin diri sendiri dari hal yang terkesan remeh-temeh mulai soal mengatur waktu hingga memenuhi target pekerjaan yang disepakati. Saat menulis artikel ini, saya sendiri sadar, bahwa sebagai staf saya tidak bisa memilih pemimpin saya. Pemimpin saya “given by” bukan “I choose to be lead by”. So, sebagai staf saya harus bisa membuat pemimpin saya terlihat baik, bagaimana caranya? Dengan bekerja optimal, sesuai target, sesuai rencana, tidak usah banyak tanya, berikan solusi lebih banyak dibanding kritik, tak perlu ngomong di belakang, just do it and let God do the rest. Pasrah? Nggak, ini namanya berserah.

Anyway lagi dan lagi, tim ini sungguh keren.. berbeda watak, beragam usia, beragam pemikiran (maksudnya ada yang mikir dan ada merasa bukan tugasnya mikir, dan itu memang betul dan bisa diterima), dan beragam-ragam hal lainnya. Tapi ketika bicara anak, kepentingan anak, yang terbaik buat anak, segalanya tentang anak, hanya satu yang ada di pikiran: kerja, kerja, kerja… 

Mudah-mudahan tim ini tetap solid… and may it keep become the best team ever! HUA!*

*HUA: Heard, Understood, Acknowleged