Jumat, 17 Maret 2017

Usia 40: Fourty years and counting!



Biasanya saya menulis artikel untuk diposting di blog tepat pada saat hari ulang tahun saya yaitu di tanggal 15 Maret. Kali ini berbeda. Bukan karena malas atau tidak sempat, tapi karena bingung harus mulai dari mana. 

Kemudian, tiba-tiba saja terpikir harus ada tulisan untuk bisa di-track di kemudian hari. Sayang sekali, kalau selama ini sudah menulis saat ulang tahun dan tiba-tiba missed di 1 tahun. Tahun yang cukup penting malah.. karena angka depannya sudah berubah dan angka di belakangnya juga. 
Bapak ini ulang tahun...

Di depan, angka empat sudah bertengger dan di belakangnya adalah angka nol. Tidak salah kalau orang bilang “Life begin at fourty”. Pendapat itu betul.. Angka 4 adalah angka yang kurang baik menurut teman-teman dari Tiongkok. Itu angka mati katanya. Tapi, coba lihat dan perhatikan baik-baik, di belakangnya ada angka nol yang artinya angka awal. Jadi kalau digabung maknanya menjadi mati dan kemudian kembali lagi dari awal. Meminjam kalimatnya orang-orang rohani yang ahli kitab suci, maknanya bisa menjadi mati dan bangkit kembali.

Tapi apa sejatinya yang harus dirubah saat usia memasuki kepala 4 selain mengganti pasta gigi? Mungkin sudah harus mulai melihat kembali kondisi kesehatan. Mungkin sudah harus melihat apa-apa yang perlu dilakukan untuk stay fit and stay sharp. Usia sudah kepala empat tapi anak masih kecil. Usianya belum ada sepersepuluh usia bapaknya 😄

Sudahlah.. tidak usah banyak-banyak yang perlu ditulis kali ini. Intinya, ya.. berubah.. harus lebih sehat. Jaga makan, jaga kebiasaan, jaga pikiran, perkataan dan perbuatan. Semakin sayang istri.. semakin sayang anak.. semakin sayang adiknya Gwen (kalau jadi 😅 )

Tiba-tiba teringat kisah rajawali tua yang harus rela menderita. Supaya cakarnya tumbuh menjadi baru. Supaya paruhnya kembali tajam dan siap menerkam mangsa. Mangsa itu bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk keluarganya. Keluarga selalu nomor satu.. harus. Pekerjaan? Kalau bisa nomor sepuluh saja 😂

Akhirnya, terimakasih untuk istriku yang sidak (tapi diinfokan juga ke suaminya) ke Surabaya untuk menghadiri wisuda magisterku. Terimakasih untuk boruku yang rela ditinggal mamanya sebentar. Terimakasih untuk dukungan organisasi tempatku bekerja. Untuk orangtua dan saudara-saudaraku dimanapun mereka berada. Terimakasih juga untuk seluruh staf Wahana Visi Indonesia Urban Surabaya yang sudah repot-repot menyediakan kue, meluangkan waktu untuk bernyanyi sebentar, dan untuk mendengar segala keluh-kesah atasan mereka. Jadi teringat waktu di Wamena (Papua) dulu juga begitu. Tuhan itu memang baik. Dia selalu memberikan staf-staf terbaik. Semoga apa yang kita lakukan bersama adalah memang yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak-anak yang kita layani.

Akhirnya lagi, usia 40 bukan hal yang menakutkan (harusnya..), tapi sesuatu yang harus disyukuri. Puji Tuhan atas segala anugerahNya buatku dan keluargaku. Umur manusia itu 70 tahun dan kalau kuat 80 tahun, well then… just be brave and be bold (sama aja artinya) it’s still 40 and counting for 40 years more…

Amin.