Senin, 15 Maret 2010

Usia 33?

Hari ini genaplah (atau ganjillah?) usiaku 33 tahun. Tadi malam ngga bisa tidur. Seperti ada yang menjadi beban pikiran. Pagi ini aku terduduk, berpikir, kira-kira apa-apa saja yach yang menjadi beban pikiranku. Terduduk setelah saat teduh yang mengagetkan sekaligus menyadarkanku. Kaget? Karena judulnya, “Reaching Up to Heaven”. Oh no! Tiba-tiba terlintas bahwa Tuhan Yesus saja umurnya 33 tahun. Terlintas pikiran bahwa harus hati-hati di jalan. Jangan sampai kesenggol becak trus masuk parit dan tenggelam. Lebay? He..3x masak masuk parit tenggelam. After all, itu hanya salah satu pikiran saja yang sempat melintas. Yang pasti renungan hari ini sangat menyadarkanku tentang kehidupan doaku selama ini. Tentang kerinduan yang seharusnya sebagai pengikut Kristus yaitu lepas dari kehidupan badaniah. Lepas dari segala kesakitan. Kalau aku melihat ke tubuhku mungkin kerinduan untuk lepas dari tubuh yang berat penuh lemak karena kebanyakan makan B2 dan berubah menjadi tubuh yang ringan yang bisa melayang-layang.

Tapi tunggu dulu ah... Tadi pagi istriku telepon. Dia saja masih banyak harapan kepadaku. Agar cepat punya anak, cepat jadi bapak, cepat naik pangkat (he..3x), dan berbagai cepat yang lain. Yang pasti apa harapan istriku tentu juga menjadi harapanku. Harapan kami sebagai satu keluarga. Ini baru istriku lho...belum lagi kalau buka facebook entah berapa ucapan selamat yang ada di situ.

Yang pasti aku sadar kalau usia bukan penanda kedewasaan. Aku sadar walau usiaku sudah 33 tapi seperti merasa belum dewasa. Masih merasa muda (he..3x) dan kadang berpikir seperti kanak-kanak dan berkelakuan seperti kanak-kanak. Kadang malas bangun pagi, malas mandi, dan yang paling parah adalah malas berdoa. Aduh...Thanks Lord Jesus kalau pagi ini aku sudah diingatkan lagi.

Apa kira-kira ya yang menjadi beban pikiranku? Apakah interview yang hari ini rencananya akan berlangsung? Apakah pikiran harus traktir teman-teman dimanakah? Atau mungkin pikiran-pikiran dan keluh kesah lain yang mungkin tak terucapkan sebagaimana tertulis dalam renungan hari ini di Roma 8:26? Takjub juga aku mengetahui bahwa saat kita berdoa ternyata Roh Allah turut berdoa bersama-sama dengan kita. Bahkan doanya lebih panjang. Lebih lengkap. Mendoakan segala keluh-kesah dan kebutuhan kita (hiks....air mata jatuh). Artinya, sebenarnya kita ngga perlu khawatir bahwa doa kita ngga komplit. Ada Roh Allah lho yang ikut berdoa bersama kita....:-)

Ternyata aku masih ngga bisa mengidentifikasi beban pikiranku yang membuatku ngga bisa tidur nyeyak semalaman. Tidur..terbangun..tidur lagi..dan terbangun lagi... Aku hanya bisa teringat doa istriku pagi ini yang mendoakanku. Harapan-harapannya, cita-cita kami, dan berbagai hal lain. Ya Tuhan aku percaya lewat RohMu banyak hal yang ingin kami sampaikan walaupun kami tak mengerti kebutuhan dan kerinduan kami sendiri.

Hmm...akhirnya sudah jam tujuh lewat lima pagi nih. Saatnya bikin teh dan roti bakar untuk sarapan. Terus apa esensinya (teringat seorang teman yang biasa menggunakan istilah ini..)? Esensinya adalah, berapapun usiamu sekarang tetaplah berkarya. Hidup bisa naik dan turun. Kehidupan rohani bisa naik dan turun tapi jangan lupa berdoa. Dan kalau berdoa, berdoalah dengan hati bahkan ngga perlu berkata-kata. Karena saat berdoa Roh Allah juga turut berdoa. Better to have heart without words than to have words without heart.

Amin. Selamat Ultah ya Will… (lho?). Tuhan selalu memberkatimu dan keluargamu.