Ini telur mata sapi |
Membaca judul di atas pasti sebagian besar pembaca agak
bingung, sebenarnya arah artikel ini mau dibawa ke mana ya? Apakah ini artikel
tentang masak-memasak atau tentang hal lain?
Nah, untuk
memudahkan pembaca, sebelumnya saya ingin bertanya, “Pernahkah pembaca
menikmati sepotong telur mata sapi?”. Telur mata sapi adalah telur ayam (itik) yang
digoreng tanpa diaduk dahulu (kuning telurnya masih utuh) ini deskripsi yang
saya dapatkan dari kamus besar bahasa Indonesia online. Kalau bicara bahasa
Inggrisnya lebih seru lagi. Yang pasti bukan cow’s eye egg tapi bermacam-macam
tergantung jenis yang kita mau. Secara umum bahasa Inggrisnya adalah 'fried egg' (makna harafiahnya adalah 'telur goreng'). Memang cara membuat telur mata sapi ini ada banyak ragamnya,
misalnya yang digoreng pada satu sisi saja di mana kuning telurnya terletak di
atas yang dinamakan 'sunny-side up'.
Ada pula yang digoreng bolak balik setengah matang dinamakan 'over easy', yang sedikit lebih matang
dinamakan 'over medium' dan yang
matang dinamakan 'over well'. Dalam
bahasa Belanda telur mata sapi disebut dengan ‘spiegelei’ (spiegel = cermin, ei = telur) (http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/12/apa-sih-bahasa-inggrisnya-telur-mata-sapi/)
Lha kok
jadi belajar bahasa? Yuk, kembali ke laptop (Tukul mode: ON). Sebenarnya yang jadi masalah adalah ketika saya
berulangkali mendengar judul di atas (ayam punya telur, sapi punya nama)
diucapkan oleh salah satu teman saya. Kalau dipikir-pikir benar juga ya? Kenapa
tidak pernah terpikir oleh saya untuk menanyakan hal tersebut pada ahlinya
(ahlinya telur atau ahlinya sapi yang paling pas ya?). Kenapa tidak disebut
telur mata ayam saja? Tapi nanti jadi salah juga karena ayam (itik) yang
bertelur, bukan matanya. Sementara kita juga tahu kalau sapi itu beranak tidak
bertelur. Sayangnya ayam tidak pernah protes kepada sapi mengenai hal ini. Tapi
mungkin itu karena si sapi juga tidak tahu kalau namanya dipakai sebagai nama
masakan berbahan dasar telur ayam (itik) itu. (http://kangpay.wordpress.com/2011/09/16/telor-mata-sapi/).
Tapi
sebenarnya bukan masalah istilah itu benar atau tidak yang dipersoalkan oleh
teman saya tadi. Yang menjadi persoalan baginya adalah ketika realita itu
ditemukan dalam keseharian di lingkup kerjanya. Ada pekerjaan yang nyata-nyata
teman saya tadi yang melakukan (si ayam atau si itik) namun dengan santai diklaim
oleh seseorang (si sapi) sebagai pekerjaannya. Tentu saja pekerjaan yang
bagus-bagus saja yang diklaim oleh orang tadi. Ketika teman saya jatuh dalam
persoalan atau pekerjaan yang dilakukannya kurang baik maka itu tidak diklaim
sebagai keberhasilan orang tadi. Saya agak kurang sependapat jika judul di atas
dikaitkan dengan realita itu. Orang tadi jelas mengklaim pekerjaan teman saya,
sementara sapi tidak jelas-jelas mengklaim pekerjaan ayam (itik) he..3x. Yang
jelas dari realita di atas, terlepas dari istilah apa yang tepat digunakan,
sering kita temui dalam dunia kerja kita. Kadang satu ide brilian datang dari
kita tanpa kita sadari dicomot begitu saja oleh orang lain sebagai idenya dia.
Kadang kita melakukan pekerjaan baik dalam satu tim, eh..salah satu anggota tim
atau ketua tim dengan enteng mempublikasikan ke orang lain bahwa itu
pekerjaannya.
Kalau
dalam satu level yang sama atau sejajar di dunia kerja, mungkin masih dapat
dibicarakan dengan baik sesama rekan kerja. Yang sulit adalah ketika atasan
memerintahkan bawahan melakukan suatu pekerjaan (yang mungkin seharusnya
pekerjaan si atasan) dan berhasil baik, lalu diklaim sebagai pekerjaan si
atasan tanpa menyebutkan peran dari bawahannya. Kalau sudah begini, si bawahan
paling-paling hanya bisa legowo.
Hanya bisa ngedumel di belakang.
Habis mau bagaimana? Nanti repot urusannya ke depan. Karir bisa jadi pendek.
Rejeki bisa mampet. Yang pasti harus ada rasa saling menghargai di antara
sesama rekan kerja maupun antara atasan dan bawahan. Pengakuan (reward) atas pekerjaan atau keberhasilan seseorang itu
penting.
Kasihan
juga teman saya. Tiap kali bekerja baik, atasannya yang dapat nama. Padahal ia yang mengerjakan sebagian besar pekerjaan atasannya saat atasannya itu sering tidak berada di tempat. Kalau sudah
begitu, ia hanya bisa ngedumel sambil
menggumam, “ayam punya telur, sapi punya nama..”. Seenak-enaknya telur mata
sapi, biarlah kita tetap mengingat kalau itu tetaplah telur ayam (itik).