Sumber: Lionsgate |
Membaca judul di atas, pasti
sebagian besar orang akan bingung. The
expendables? Ini penulis tau nggak
ya arti kata itu? Itu kan artinya “bisa dibuang”. Contohnya, kemasan yang bisa
dibuang disebut expendable packaging
atau persediaan yang bisa dibuang sebagai expendable
supplies.
Ketika menulis ini sebenarnya
ulang tahun saya sudah lewat. Tanggal 15 Maret. Biasanya saya selalu menulis tiap kali ulang-tahun. Supaya ada refleksi. Buat diri sendiri dan buat orang lain yang mau membaca tulisan ini. Nah, sekarang sudah tanggal 19 Maret.
Kalau pengaturan waktu di blog benar, tulisan ini bisa dikenali sebagai tulisan yang dibuat
tanggal 19 Maret atau bisa saja dianggap sebagai artikel yang dibuat tanggal 20
Maret. Tidak masalah sih, hanya
memang harus dituliskan saja mengingat ada ide soal “the expendables” ini yang
terlintas tanggal 17 Maret lalu.
Jadi ceritanya begini.. kalau
sebagian besar orang sudah memasuki fase nyaman dalam karir atau pekerjaan di
usia 40, maka saya justru kebalikannya. Usia 40 tampaknya menjadi titik puncak
karir saya ketika berada di bagian management. Tau kan management? Tugasnya
susah-susah gampang, yaitu managing people. Mengatur orang. Berdasarkan
kemampuan mereka dan bagian mereka masing-masing. Kalau mengaturnya bagus, then you are a good manager. Kalau
pengaturannya buruk tapi pekerjaan dan target tetap berjalan dengan baik, then you might be a good leader
ha..ha..ha.. Ini hanya bercanda saja. Bukan mau mencari bedanya antara manager
dan leader.
Nah, ketika usia 41 saya justru
mencoba hal baru. Hal yang justru tidak ada dalam jalur panduan karir (beberapa
waktu yang lalu tim saya sempat mendiskusikan tentang panduan karir sesuai
dengan arahan dari departemen orang-orang dan kebudayaan, setidaknya itu
sebutan mereka sekarang. Dulu sebutannya HRD). Dari yang semula mengurusi orang,
sekarang menjadi staf biasa di bagian teknis. Orang-orang di kantor menyebutnya
spesialis. Kadang diplesetkan juga jadi salah satu nama penyakit kelamin yang nggak perlu disebutkan di sini :)
Idenya apa sih? Apa yang
terlintas tanggal 17 Maret itu? Apa pentingnya? Nah, ketika ingin menulis
tentang the expendables, sebenarnya
rujukan saja bukan hanya terjemahannya saja tapi justru lebih banyak berasal dari
satu kelompok para jagoan pimpinan atau binaannya Sylvester Stalone.
Mudah-mudahan namanya benar. Yah, pokoknya kelompok itu lah. Yang tua-tua itu
tapi jago-jago semua. Jago-jago pada jamannya dan tetap jago juga pas udah tua.
Tapi jujur, usia memang nggak bisa ditutupi. Selalu ada faktor usia yang pasti
mengurangi kejagoan orang-orang di tim itu. Dan kejagoan saya... hiks..
Atau.. kalau dibuang, nanti diambil
orang kemudian kertasnya diputihkan lagi dan dipakai lagi menjadi sebuah buku
tulis yang bagus.. bisa saja kan? Lagi-lagi yang mengambil itu yang untung,
padahal ini kertas saya.. Paham nggak maksudnya? Kalau nggak paham ya nggak
apa-apa juga sih.. Tapi ini hanya perumpamaan saja. Kalau saya adalah kertas
maka pemilik kertas pastilah kantor atau perusahaan yang membeli kertas. Dari
pemahaman itu silahkan dikembangkan saja ya..
Ketika kertas bekas dipakai, dia
menjadi berguna untuk sesaat. Mungkin untuk menulis sesuatu. Setelah informasi
dalam kertas bekas dipindahkan ke buku catatan, maka peran kertas bekas
selesai. Biasanya langsung diremas dan kemudian dibuang. Selesai? Yup, bisa
selesai di situ kemudian diambil oleh janitor dan dibuang ke tempat sampah.
Akhirnya? Mungkin dibakar di TPA (tempat pembuangan akhir).
Tapi setelah diremas, eh..
tiba-tiba ada yang memerlukan kertas itu. Lipatan atau remasannya dibuka dan
kemudian kertas ditulisi lagi. Tidak hanya ditulisi namun sang kertas bekas
dilipat dengan baik dan dimasukkan ke dalam saku. Rupanya informasinya penting,
sang kertas bekas diperlakukan dengan baik. Orang yang menyimpan kertas itu
rupanya mencatat alamat yang sangat penting. Sepanjang jalan mencari alamat
kertas dibuka dan dilipat kembali. Ketika sudah bersua dengan yang dicari maka
selesailah fungsi sang kertas bekas. Kertas bekas kembali diremas dan dibuang.
Nah, di sinilah serunya.. ketika
kertas bekas diremas dia akan berbentuk bulatan. Saya suka menyebut kondisi ini
sebagai kondisi bertahan atau fase bertahan. Siapa tahu, nanti ada yang akan
menggunakan lagi. Entah untuk apa. Supaya bisa digunakan lagi, apa yang bisa
dilakukan? Don’t get burnt, don’t get wet, don’t get dirty, dan segudang don’t
atau jangan-jangan yang lain. Jangan inilah dan jangan itulah. Intinya,
bagaimana mencegah kertas masuk dalam kondisi terburuk yang mengharuskannya mau
tidak mau harus dibuang. Syukur-syukur ada yang menggunakan dan kemudian
membersihkan sang kertas bekas sehingga kembali bersih dan siap digunakan lagi.
Lebih baik lagi kalau ada yang mengambilnya dan kemudian mendaur-ulang dirinya.
Jadi, itulah gambaran the
expendables yang saya bayangkan waktu itu. Tentulah banyak kekurangannya.
Kertas bekas? Well, hanya satu ide
saja. Mungkin pembaca akan menemukan banyak ide lainnya tentang the expendables
ini. Yang jelas, ini fase bertahan. Follow
the flow. Ikuti arusnya sambil melihat-lihat pemandangan baik yang ada di
sekitar. Ambil sebanyak mungkin kesempatan yang ada. Jika perlu dan masih ada
kesempatan, titi lagi karir dari posisi yang ada sekarang. Hanya perlu dua
tahun. Yup, dua tahun..
Cepatlah selesaikan pendidikanmu Ma.. supaya kita bisa
gabung lagi. Bisa sama-sama lagi… Someday..
I won’t be the expendables.. I will create ones (maybe).. not being but making… Semoga!