“Penghijauan itu penting!” kata
seorang guru pada para muridnya. Murid-murid tetap ramai berbicara satu sama
lain seolah tak ada yang mendengarkan guru mereka mengatakan satu kalimat tadi.
Kalimat itu yang selalu diucapkan pak guru Solihin sebelum memulai mengajar setiap
hari. Itu cara dan komitmen yang diambil pak guru Solihin untuk menekankan
pentingnya penghijauan sejak dini kepada para muridnya. Mungkin saat ini mereka
terlihat tidak peduli, tapi pak guru satu ini percaya, kelak di kemudian hari murid-muridnya
akan sadar betapa pentingnya penghijauan dan mulai mengambil tindakan untuk mulai
melakukannya.
Tapi apakah sebenarnya
penghijauan itu? Apakah sama dengan reboisasi atau penanaman hutan kembali?
Ternyata ada juga bedanya. Reboisasi lebih menekankan pada penanaman hutan
kembali. Artinya hutan yang sudah ditebang, yang sudah tandus dan botak ditanami kembali. Reboisasi
penting karena pohon itu banyak gunanya. Dari mulai pentingnya pohon untuk
keseimbangan sebuah ekosistem, mengembalikan kembali habitat alam sebelumnya,
hingga ke masalah yang lebih rumit yaitu global
warming atau pemanasan global. Nah, ini dia yang menarik untuk dibahas.
Yaitu bagaimana penghijauan bisa juga bermanfaat untuk mengantisipasi perubahan
iklim yang kita rasakan saat ini.
Beda pengertian dan definisi
reboisasi dan penghijauan itu bisa ditinjau dari lokasi dan jenis tanaman yang
digunakan. Manan (1978) menyatakan bahwa reboisasi merupakan penghutanan
kembali hutan bekas tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam
kawasan hutan. Kegiatan reboisasi meliputi kegiatan pemudaan pohon, penanaman
jenis pohon lainnya di area hutan milik Negara atau area lain yang
diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, semua kegiatan membangun hutan di
area bekas tebangan atau lahan kosong lain di dalam kawasan hutan dimasukkan
dalam kegiatan reboisasi.
Sedangkan penghijauan merupakan
kegiatan penanaman pada lahan kosong di luar kawasan hutan, terutama pada tanah
milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan, pohon
buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras, tanaman pupuk hijau, dan
rumput pekan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat dipulihkan,
dipertahankan, dan ditingkatkan kembali kesuburannya (Manan 1976;
Supriyanto,1984). Menurut Kadri dan kawan kawan (1992), upaya yang termasuk
dalam rangkaian kegiatan penghijauan, yang sudah disebutkan berupa pembuatan
bangunan pencegah erosi tanah, misalnya pembuatan sengkedan (teras) dan
bendungan (check dam) yang dilakukan
pada area di luar kawasan hutan.
Tapi apapun beda dari dua istilah
tersebut hanya satu kesimpulannya. Keduanya sangat penting dan berguna terutama
untuk mengantisipasi perubahan iklim sekarang ini. Bicara tentang perubahan
iklim, sebenarnya apa kah perubahan iklim itu? Apa dampaknya bagi kita sehingga
kita harus bisa mengantisipasinya?
Perubahan iklim berarti perubahan
yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun
waktu 30 tahun atau lebih. Jika iklim berubah, maka rata-rata selama 30
tahun suhu udara, atau curah hujan, atau jumlah hari matahari bersinar, pun
akan berubah. Sangat mudah untuk mencampuradukkan antara iklim dan cuaca. Lalu
bagaimana membedakannya? Iklim adalah apa yang kita harapkan (misalnya musim
dingin yang dingin) dan cuaca adalah apa yang kita dapatkan (misalnya hujan). Cuaca
adalah sesuatu yang terjadi pada lapisan atmosfer pada setiap waktu: seberapa
hangat, berangin, cerah atau lembab kondisi waktu itu. Iklim merupakan
deskripsi dari rata-rata cuaca yang terjadi pada kurun waktu tertentu, biasanya
selama lebih dari 30 tahun dibandingkan dengan variasi rata-rata dari tahun ke
tahun. Variasi mungkin terjadi karena musim panas tertentu yang panas
atau musim dingin tertentu yang sangat dingin. Nah, kalau dikatakan saat-saat
ini sedang berlangsung perubahan iklim, maka sedang ada perubahan yang sedang
terjadi di muka bumi ini. Contoh: tadinya kita berharap (iklim) musim hujan
akan berlangsung dari bulan sekian hingga sekian, namun kenyataan yang kita
dapatkan (cuaca), belum sampai pada bulan tersebut justru tidak ada hujan malah
panas terik yang kita dapatkan. Makin panjangnya musim panas di daerah tertentu
atau musim dingin yang tak berakhir di daerah lain padahal sudah bukan waktunya
lagi, itulah yang sedang terjadi di muka bumi ini.
Banyak yang menyatakan bahwa
perubahan iklim disebabkan oleh efek rumah kaca. Padahal secara teori efek
rumah kaca justru dibutuhkan oleh semua mahluk hidup yang berada di muka bumi
ini. Tanpa efek rumah kaca bumi akan
dingin dan tak bisa dihuni. Namun yang terjadi sekarang – sebenarnya bukan baru
sekarang dimulainya – adalah bertambahnya efek rumah kaca tersebut. Lebih
jelasnya sebagai berikut:
Suhu udara Bumi ditentukan oleh
keseimbangan antara energi yang masuk dari Matahari dalam bentuk radiasi yang
terlihat (sinar matahari) dan energi yang secara konstan dikeluarkan oleh
permukaan Bumi ke angkasa dalam bentuk radiasi infra merah yang tidak terlihat
(panas). Energi matahari masuk ke Bumi melalui lapisan atmosfer yang
transparan, tanpa mengalami perubahan, dan kemudian memanaskan permukaan
Bumi. Namun radiasi infra merah yang terlepas dari permukaan Bumi
sebagian diserap oleh beberapa jenis gas di atmosfer, dan sebagian dipantulkan
kembali ke Bumi. Efek dari fenomena ini yaitu penghangatan permukaan Bumi
dan lapisan bawah atmosfer. Fenomena ini yang disebut efek rumah kaca. Gas-gas
penyerap utama yang berada di atmosfer yaitu uap air (bertanggung jawab sekitar
dua pertiga dari efek tersebut) dan karbon dioksida. Metana, nitro
oksida, ozon dan beberapa gas lain di atmosfer yang berada dalam jumlah sedikit
juga berkontribusi pada efek rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca, Bumi
akan, secara rata-rata, 33 derajat Celcius lebih dingin dari kondisi sekarang.
Efek rumah kaca (Sumber: BMKG) |
Selain CO2 juga ada gas Metana
yang dilepas ke udara oleh aktifitas manusia terkait dengan penggunaan pupuk
untuk pertanian, distribusi gas alam dan pembuangan sampah. Selain CO2 dan
Metana, juga ada banyak jenis gas-gas lain yang menambah volume gas penyerap
yang meningkatkan efek rumah kaca. Ada Nitro Oksida dari penggunaan pupuk dan
hasil pembakaran bahan bakar fosil, ada CFC dari penggunaan pendingin ruangan,
ada aerosol dari penggunaan banyak produk yang menggunakan gas ini, dan
lain-lain. Kesemuanya berkontribusi hari demi hari bukan semakin berkurang
namun semakin banyak seiring dengan bertambah banyaknya populasi manusia di
muka bumi ini.
Perubahan iklim ini sudah banyak
diantisipasi oleh berbagai lembaga baik lokal maupun internasional. Salah
satunya adalah Oxfam. Oxfam adalah
konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di
92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun
masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Lewat Oxfam,
beberapa kegiatan untuk mengantisipasi perubahan iklim telah dilakukan. Antara
lain, Oxfam telah menggalang komitmen bagi negara-negara besar atau kaya untuk
membantu negara kecil dan miskin dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim di
negaranya. Komitmen ini masih berlanjut hingga saat ini dan Oxfam terus-menerus
mengingatkan banyak negara akan komitmen ini sehingga alokasi dana berimbang
untuk antisipasi perubahan iklim tetap bisa berlanjut. Lebih lengkapnya
silahkan klik di sini.
Lalu bagaimana cara mudah bagi
kita sebagai bagian dari masyarakat untuk mengantisipasi perubahan iklim tadi? Ikut seperti
pak guru Solihin di atas boleh-boleh saja. Tapi penting juga melakukan aksi
langsung. Jalan satu-satunya untuk sebuah aksi langsung adalah kembali ke
penghijauan tadi. Banyak yang bisa dilakukan sebenarnya. Jika mengubah perilaku
untuk mengurangi jumlah gas-gas tadi dirasa sulit, maka paling tidak, harus ada
kontribusi dari setiap orang untuk penghijauan. Katakanlah 1 orang saja menanam
satu pohon dan terus merawat pohon itu seumur hidupnya maka akan ada 6 milyar
pohon baru di muka bumi ini. Pohon memang membutuhkan lahan untuk berkembang
tapi 1 pohon tentunya lahan yang dibutuhkan akan lebih sedikit dan lebih masuk
akal untuk dilakukan.
Jajaran pohon Trembesi di Jalan Raya Darmo Surabaya (Dok. Pribadi) |
Bacaan: