Pada waktu saya membolak-balik catatan ILEARN minggu lalu, terlihat sekelumit catatan tentang Teori Makan Bubur Panas dan Teori tentang Ikan Laut. Apaan tuh?
Yang pasti tidak ada yang tahu kapan teori ini muncul, saya ketikkan kata "bubur panas" di Google dan keluarlah beberapa informasi tentang bubur termasuk teori tentang makan bubur panas. Ketika saya masuk ke salah satu situs berbau agama (Islam) ada pernyataan yang sedikit mengganggu hati saya. Pernyataan itu terkait isu Kristenisasi dengan menggunakan teori bubur panas. Yah... ada-ada saja. Seharusnya agama yang paling paling mayoritas di Indonesia ini tidak perlu takut dengan isu Kristenisasi. Lihat saja di media massa sepertinya umat Kristen yang jauh lebih menderita. Mendirikan gereja yang sudah jelas ada IMBnya saja sulit, boro-boro mau Kristenisasi.
Jadi ngelantur deh... Nah.. sekarang kita kembali ke topik Teori Makan Bubur Panas tadi. Teorinya begini: kalau kita mau makan bubur panas tentu kita tidak bisa langsung makan bubur dengan menyendok dari tengah. Yang ada mulut kita bisa terbakar karena kepanasan. Saat kita menikmati semangkuk bubur panas yang harus kita lakukan adalah dengan memakan sedikit demi sedikit dari pinggir mangkuk sampai akhirnya ke tengah dan habis. Teori ini adalah salah satu teori untuk memecahkan masalah. Saat kita mau memecahkan masalah kita tidak bisa langsung masuk ke tengah permasalahan tapi dipahami sedikit demi sedikit sampai akhirnya masalah tersebut bisa dipahami dan dipecahkan.
Lantas bagaimana dengan Teori Ikan Laut. Nah... ikan laut itu tinggal dalam lingkungan air asin namun kalau kita makan ikan laut ternyata rasanya tidak asin. Teori ini untuk mengingatkan kita agar menjadi diri kita yang sebenarnya entah di lingkungan manapun kita tinggal.
Kayaknya cukup segitu dulu sharing kali ini tentang Teori Makan Bubur Panas dan Teori Ikan Laut. Oh iya terimakasih untuk Pak Johny Sirait yang sempat memaparkan teori ini dalam satu sesi devosi di ILEARN.
Kiranya bermanfaat dan Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar