Malam itu aku tidak bisa tidur
nyenyak, padahal malam sebelumnya aku dan istriku baru saja menginap di Bakrie
Suite di Hotel Baliem Pilamo di Wamena. Sekedar pernah saja, kata istriku. Biar ada yang diceritakan ke anak cucu. Aku
setuju dengannya. Yah..lumayanlah 1 malam merasakan tidur di kamar yang luas
dan tempat tidur yang empuknya bukan main. Tapi akibatnya jadi terasa malam ini
ketika kembali tidur di rumah. Nggak
bisa tidur! Mungkin karena hujan lebat yang terus-menerus menghunjam Lembah
Baliem ini yang menambah dinginnya suasana ataukah beban pekerjaan yang cukup
banyak yang terus saja membebani pikiranku. Atau mungkinkah ada suatu peristiwa
heboh esok hari yang akan terjadi? Hmm.. mungkin juga.
Ternyata benar! Esok harinya
sewaktu aku masuk ke ruang kerjaku, salah seorang stafku mengantar sepucuk
surat. Dari luar aku hanya melihat tulisan besar yang terpampang di situ.
“Bakrie and Brothers Tbk.” Begitu tulisannya.
Dengan tak bersemangat aku membuka amplop coklat itu. Di dalamnya ada
sepucuk surat. Dahiku mengernyit sedikit keheranan. Ternyata isi surat itu
adalah tawaran untukku sebagai CEO di Grup Bakrie. Ahh? Serius nih? Pikirku.
Akupun mencoba menghubungi nomor kontak yang ada di surat tersebut. Suara
lembut seorang perempuan terdengar di seberang. “Benar Pak. Kami memang sedang
mencari CEO baru dan berdasarkan survei yang kami lakukan, Bapak adalah orang
yang kami pilih untuk posisi itu. Kami tunggu kehadiran Bapak besok di kantor
kami. Jika Bapak ingin informasi lebih lanjut, saya bisa menghubungkan Bapak ke
atasan saya” lanjutnya lagi. Tanpa sadar saya hanya diam mematung. Oh my God!
Dari seberang hanya terdengar suara sayup-sayup, “Pak..Pak.. halo..halo..”.
***
Ruangan CEO itu begitu luas,
letaknya di bagian penthouse suatu
gedung tinggi. Dari situ sepertinya kita bisa memandang setiap sudut ibukota.
Tidak ada orang lain di situ. Satu-satunya orang di ruangan itu hanya aku. Di
ruangan lain yang jauh lebih kecil hanya ada seorang sekretaris dan sebuah sofa
panjang untuk para tamu menunggu jika ingin bertemu denganku. Mantap! Pikirku.
Puas dengan rasa senang, akupun melihat meja kerjaku. Sebuah meja tembus
pandang bernuansa modern tampak di situ. Namun sekejap saja kekaguman akan meja
itu sirna begitu melihat tumpukan berkas di sisi kanan meja itu. Hmm..ini dia
bagian sulitnya.
Satu per satu aku membaca cover
berkas-berkas itu. Bakrie Sumatra Plantations, Bumi Resources, Bakrieland
Development, Bakrie Telecom, dan masih banyak berkas yang lain. Wah, tidak
mungkin bisa membaca semua ini dalam waktu singkat pikirku. Akupun segera
menghubungi sekretarisku. Aku perintahkan semua direktur perusahan yang ada di
Grup Bakrie untuk mengikuti rapat singkat orientasi CEO baru. Beberapa direktur
yang sedang dalam perjalanan baik di dalam maupun di luar negeri satu per satu
kuhubungi dan kuminta mereka untuk segera bergabung dalam rapat. Memang agak riskan
juga kalau dipikir-pikir. Bagaimana kalau mereka sedang dalam suatu rapat
negosiasi yang juga sama pentingnya? Tapi biarlah, pikirku, lebih baik
mengorbankan satu hal untuk kepentingan yang lebih besar yaitu penyamaan
persepsi organisasi dan persamaan visi ke depan. Beberapa direktur menawarkan komunikasi via Skype yang langsung kutolak mentah-mentah. Bagiku interaksi langsung face to face jauh lebih bermakna ketimbang mendengar suara dan melihat gambar dari jarak jauh.
Sore itu rapatpun dimulai. Satu
per satu direktur yang ada dalam Grup Bakrie maupun dari anak perusahaan
bermunculan. Lama-kelamaan ruangan itu penuh juga. Masing-masing memperkenalkan
diri dan mengambil tempat di meja bundar bergaya klasik yang penuh dengan
ukiran Jepara itu.
Dari para direktur itu aku
mencoba membuat gambaran ringkas tentang Grup Bakrie ini. Apa saja sih yang
menjadi kekuatan Grup Bakrie? Apa kelemahannya? Bagaimana Grup Bakrie melihat
peluang yang ada? Apa saja ancaman yang ada saat ini dan potensial ancaman di
masa mendatang? Selain itu aku juga mencoba mendapatkan masukan dari mereka
tidak hanya sebatas mendefinisikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
tapi juga menggabungkan masing-masing definisi tersebut menjadi beberapa
pertanyaan:
- Bagaimana
Grup Bakrie bisa menambah “kekuatan” untuk siap menggunakan setiap “peluang”
yang ada?
- Bagaimana
Grup Bakrie bisa mengurangi “kelemahan” untuk mengisi setiap “peluang” yang
muncul?
- Apakah
ada “kekuatan” yang bisa digunakan untuk mengatasi “ancaman” di masa ini maupun
di masa depan?
- Bagaimana
mengurangi “kelemahan” yang ada untuk mengatasi tiap ancaman yang datang saat
ini maupun saat nanti?
Dengan banyaknya diversifikasi
usaha pada Grup Bakrie tentunya membutuhkan tenaga ekstra untuk melihat porto
folio dari masing-masing usaha tersebut. Dari pemaparan para direktur ternyata
tidak semua perusahaan dalam Grup Bakrie berada pada posisi menguntungkan.
Beberapa masih bergumul dengan penyelesaian hutang yang belum selesai.
Banyaknya anak perusahaan menjadi kekuatan
namun sekaligus kelemahan manakala
ada perusahaan yang tak berbuah profit. Di sisi lain, diversifikasi usaha juga
membuat manajemen pengelolaan staf tidak berjalan seragam di masing-masing
perusahaan. Padahal perusahaan-perusahaan yang ada dalam Grup Bakrie banyak
memilik karyawan yang handal. Para karyawan itu menjadi kekuatan tersendiri
bagi Grup Bakrie jika dikelola oleh satu manajemen yang baik. Hmm..menarik juga
pikirku. Sambil mendengarkan masing-masing direktur memaparkan kinerja perusahaannya
aku pun membuat catatan-catatan kecil yang rencananya akan kupakai untuk
presentasi pertamaku sebagai CEO baru.
Dalam presentasi beberapa
direktur, kutemukan juga beberapa kesempatan atau peluang yang bisa diraih oleh Grup Bakrie. Saat ini pertumbuhan
ekonomi semakin meningkat. Ini dapat dilihat dari bertumbuhnya kelompok kaum
menengah yang berpenghasilan di atas 2,5 juta perbulannya. Kelompok menengah
ini bertumbuh seiring dengan perbaikan sistim remunerasi di negeri ini
khususnya untuk posisi guru atau pengajar dan petugas kesehatan. Bertumbuhnya
kelompok menengah menjadi peluang besar tatkala perbaikan penghasilan berbuah
peningkatan kebutuhan. Kelompok ini bisa ditargetkan untuk menjadi konsumen
beberapa produk Bakrie. Peluang lain yang juga ditekankan beberapa direktur
adalah mengenai pergerakan pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai beranjak ke
Asia. Melonjaknya pertumbuhan ekonomi Cina, Jepang, dan Korea Selatan tentu
bisa menjadi peluang yang baik jika bisa dimanfaatkan. Presentasi dari grup media
juga menunjukkan adanya peluang-peluang positif. Naiknya rating dalam sesi
berita yang aktual dan kepercayaan publik yang mulai bertumbuh pada beberapa
media dalam asuhan Grup Bakrie menjadi peluang tersendiri yang bisa
dimanfaatkan.
Presentasi yang menarik datang
dari beberapa direktur perusahaan yang tak berbuah profit. Persoalan pembayaran
ganti rugi lumpur Lapindo dan ganti rugi nasabah Bakrie Life menjadi ancaman tersendiri bagi citra grup
perusahaan ini. Sejenak aku mengernyitkan dahiku yang mulai berkerut. Ini dia
ancaman yang harus segera ditangani. Akupun menuliskan beberapa hal sebagai
catatan dalam laptopku.
Setelah selesai mendengarkan para
direktur mempresentasikan perusahaan yang masing-masing mereka pimpin, akupun
beranjak dari kursiku ke depan. Laptop kecil itu kubawa bersamaku. Banyak sudah
catatan yang kubuat. Aku akan mencoba merumuskan pandanganku dari seluruh
presentasi mereka.
Mengawali presentasiku sebagai
CEO baru, aku memaparkan mengenai strategi “Samudra Biru” yang kubaca dari buku
karangan Kim dan Mauborgne. Intinya adalah bagaimana menciptakan ruang tanpa
pesaing dan membuat kompetisi menjadi tidak lagi relevan. Aku membuka
presentasiku dengan memaparkan beberapa contoh. Contoh pertama adalah bagaimana
Callaway Golf membuat permainan golf lebih menyenangkan dengan mengeluarkan
produk bernama “Big Bertha”, sebuah tongkat golf dengan kepala besar yang
membuat bola golf menjadi lebih mudah untuk dipukul. Permainan golf yang
tadinya dinilai sulit oleh kalangan awam menjadi permainan yang menyenangkan
yang bisa dimainkan banyak orang. Di kemudian bisnis golf ini bertumbuh lebioh
pesat dengan memainkan permainan golf yang tidak harus dimainkan di lapangan
golf. Contoh lain adalah bagaimana Apple melihat “peluang” di tahun 2003 dimana
saat itu lebih dari 2 juta file musik ilegal ditransaksikan setiap bulannya.
Namun Apple melihat kelemahan file musik ilegal tersebut. Kualitas suara yang
jelek dan kesulitan memperoleh satu album penuh. Apple kemudian menyediakan
iTunes yang menawarkan pengunduhan lagu yang legal, mudah digunakan, dan
fleksibel. Pembeli yang ingin membeli satu album bisa membayar $9,99 harga yang
lebih murah daripada harus membeli satu keping CD seharga $19. Pembeli yang
tidak ingin membeli satu album bisa membeli atau mengunduh sebuah lagu dengan
hanya membayar 99 sen. Apple pun mereguk keuntungan besar lewat iTunes.
Ada beberapa poin yang harus
dipegang bersama dalam menerapkan strategi ini:
- Tidak
ada industri atau perusahaan yang terus-menerus unggul. Daya tarik semua industri
naik dan turun sepanjang masa.
- Grup
Bakrie harus bisa menciptakan pasar baru dalam samudra biru tanpa persaingan dan
membuat kompetisi menjadi tidak relevan dengan mengumpulkan ide-ide dari
para karyawannya.
Akupun memaparkan bahwa akan ada
4 rintangan yang akan selalu ada dalam implementasi suatu strategi baru.
Rintangan pertama adalah rintangan kognitif, dimana citra organisasi atau
perusahaan yang cenderung melekat pada status quo. Rintangan kedua adalah
rintangan politik dimana ada kepentingan-kepentingan yang kuat yang
mendominasi. Rintangan ketiga adalah rintangan motivasional yaitu staf yang
tidak mempunyai motivasi. Dan rintangan keempat adalah rintangan sumber daya,
yaitu sumber daya yang terbatas. Bagaimana cara mengatasi rintangan-rintangan
tersebut? Pertama adalah melakukan terobosan lewat dunia pendidikan.
Universitas yang selama ini dikelola mau tidak mau harus berperan lebih aktif
dalam mengadakan dialog-dialog terbuka yang kemudian diliput oleh media. Dalam
dialog-dialog maupun acara-acara kampus dilakukan dengan mengundang berbagai
tokoh dari bermacam kalangan sehingga kesan kedekatan pada status quo semakin
lama akan semakin pudar dengan sendirinya. Kedua, melakukan penyamaan persepsi
dan visi yang terus menerus di lingkup direksi maupun keluarga Bakrie sendiri.
Harus ada kesepakatan yang dibangun mengenai siapa yang harus berbicara dan
pada even apa sehingga publik semakin bisa mengenali grup ini bukan hanya dari
satu atau dua tokoh saja. Keaktifan tokoh-tokoh direksi Bakrie dan keluarga
Bakrie dalam diskusi publik perlu terus ditingkatkan. Perlu ada tim khusus
yang secara terus-menerus melakukan survey pendapat publik akan grup Bakrie.
Tim ini jugalah yang akan memberikan masukan bagi para direksi dan keluarga
Bakrie akan apa yang perlu dan tidak perlu dibicarakan di muka publik. Ketiga,
adalah peningkatan motivasi karyawan. Remunerasi karyawan yang lebih baik,
adanya kepastian promosi, menerapkan sistim level karyawan yang sama di seluruh
Grup Bakrie, adanya kemungkinan transfer karyawan antar perusahaan dan terakhir
kesempatan bagi karyawan untuk mempunyai kepemilikan atas saham perusahaannya.
Hal ini tentunya akan meningkatkan motivasi karyawan yang bekerja pada grup
Bakrie terlebih lagi jika hal ini didengungkan hingga ke bursa kerja tentunya
akan lebih banyak karyawan yang berkualitas yang bisa direkrut oleh grup
Bakrie. Keempat, untuk mengatasi keterbatasan sumber daya perlu ada kemitraan
yang dibangun. Kemitraan di sini bisa dilakukan dengan kekuatan level menengah
tadi atau membangun kerjasama dengan perusahaan dari negara lain (Cina, Jepang,
dan Korea Selatan) yang memiliki ketertarikan berinvestasi di Indonesia.
Perusahaan dengan sistim joined venture
bisa diterapkan untuk mengatasi kekurangan sumber daya.
Bagaimana menambah “kekuatan” sambil mengurangi “kelemahan” untuk menangkap setiap “peluang”? Caranya adalah dengan
meningkatkan citra atau branding perusahaan. Akupun memaparkan rencanaku untuk
membuat suatu perusahaan iklan sendiri bertajuk Bakrie Advertising. Perusahaan
ini tidak hanya bertugas dalam membuat iklan masing-masing perusahaan dalam
grup Bakrie namun juga aktif berperan dalam kancah dunia periklanan nasional. Sebagai
model dalam iklan tersebut bukan hanya artis yang sudah dikenal publik namun
juga memanfaatkan karyawan-karyawan yang memiliki dedikasi tinggi. Unit
periklanan ini juga akan linked
dengan salah satu divisi di Universitas Bakrie. Sebagai salah satu kekuatan
perusahaan, staffing juga akan diperhatikan. Selain beberapa usulan yang sudah
aku paparkan sebelumnya, aku juga
bermaksud meningkatkan image publik terhadap staf grup Bakrie. Ketika publik
melihat ada yang mengenakan batik hijau paduan biru dengan lambang KORPRI,
publik akan tahu kalau orang itu adalah PNS. Staf grup Bakrie akan menggunakan
seragam khusus sehingga publik akan mudah mengenalinya. Staf grup Bakrie harus
bangga jika dikenal publik lewat seragam yang dipakainya. Karena diversifikasi
adalah kekuatan sekaligus kelemahan grup Bakrie maka tanpa segan aku akan
menutup beberapa anak perusahaan yang tidak bisa memberikan profit dalam 3
tahun ke depan.
Bagaimana menggunakan “kekuatan” sambil mengurangi “kelemahan” yang ada untuk mengatasi “ancaman” yang datang di masa kini dan
masa mendatang? Jawabannya adalah penguatan Corporate Social Responsibility
dengan menggandeng beberapa NGO lokal maupun internasional. Hal ini mutlak
dilakukan agar bisa grup Bakrie bisa bersuara lebih baik. Akupun memaparkan
bagaimana logo UNICEF yang selalu bertengger di kaos para pemain Barca. Setiap
Barca tampil orang dengan mudah melihat logo itu dan ketika melihat logo orang
akan berasosiasi mengenai apa itu UNICEF dan apa yang dikerjakannya. Ke
depannya grup Bakrie harus membuat logo yang lebih baik, menarik, dan mudah
dikenal. Satu logo untuk semua anak perusahaan. Akupun mengambil contoh
bagaimana kisah salah satu grup perusahaan makanan yang ikut membantu perbaikan
gizi lewat program Posyandu di Papua dan NTT. Contoh lain yang kupaparkan adalah cerita
tentang sebuah grup media yang bisa membantu anak-anak asli Papua untuk
mengembangkan radio komunitas di wilayahnya. Dengan meningkatkan kemampuan
divisi CSR perusahaan diharapkan persepsi masyarakat yang tadinya menjadi
ancaman bisa berubah menjadi kesempatan. Bakrie Advertising akan membuat setiap
cerita sukses divisi CSR menjadi cerita yang menarik, mengharukan, dan
ditayangkan dalam setiap media yang dimiliki grup Bakrie.
Selain itu akupun memaparkan
beberapa bidang bisnis yang layak untuk coba ditelusuri
kemungkinan-kemungkinannya. Dengan masalah kemacetan dan keruwetan sistim
transportasi di beberapa kota mungkin bisnis transportasi murah layak
dipertimbangkan. Grup Bakrie akan ikut serta dalam pembangunan Mass Rapit
Transit yang sudah dibatalkan oleh Pemda DKI Jaya. Di beberapa kota lain, grup
Bakrie akan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan sebelum memulai investasi
di bidang transportasi di kota itu.
Bisnis makanan dengan menggandeng
beberapa UKM yang telah ada, juga layak untuk ditelusuri. Misalnya dengan
menyatukan beberapa rumah makan kecil dengan branding Bakrie Grup. Penempatan
UKM juga ada yang dilokalisir di beberapa kantor wilayah grup Bakrie. Nantinya
tidak ada lagi kantor PT A atau kantor PT B. Yang ada adalah kantor wilayah
Bakrie di beberapa kota di Indonesia. Dengan sistim ini karyawan juga terbantu karena
dapat membeli makanan murah berkualitas sehingga apa yang dibayarkan perusahaan
ke karyawan dikembalikan lagi ke perusahaan sebagai laba atas hasil penjualan
makanan via UKM.
Tidak hanya itu yang kupaparkan.
Akupun memaparkan mengenai pengembangan jaringan telekomunikasi Bakrie ke
depan. Bagaimana perusahan telekomunikasi itu bisa berkembang tidak hanya
sebatas mengurusi selular dan modem namun menjadi layanan pusat data. Grup Bakrie pun sudah harus
mempertimbangkan membuat site seperti facebook dengan tajuk Bakrie Community.
Bakrie Community akan menjadi wadah aspirasi grup Bakrie di dunia maya yang
juga linked dengan Bakrie Advertising dan anak perusahaan lainnya. Bakrie Community juga merupakan wadah interaksi grup Bakrie dengan masyarakat. Di bidang
energi, sudah saatnya grup Bakrie memasuki wilayah baru di Indonesia Timur. Di
wilayah ini Bakrie Energy (perusahaan dalam bentuk joined venture dengan negara lain) akan merambah bisnis penyediaan tenaga listrik
dengan membangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTMH (Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro). Modal yang besar pada awalnya akan terbayarkan di
tahun-tahun berikutnya karena sistim energi yang terus terbarukan. Akupun terus
memaparkan banyak hal yang ingin kucapai 1 tahun, 3 tahun, bahkan hingga 5
tahun ke depan.
Tak terasa satu jam pun berlalu.
Presentasiku pun selesai. Tepuk tangan membahana memenuhi ruangan pertemuan
itu. Semua direktur tampak manggut-manggut entah mengerti atau tidak aku
sendiri tidak tahu. Mungkin sebagian direktur ada yang khawatir karena
perencanaan penghapusan divisi yang kutawarkan. Sebagian lagi mungkin senang akan
usul perubahan remunerasi yang kusampaikan. Yah.. paling tidak ini suatu awal
yang baik bagi grup perusahaan ini.
***
“Pak..Pak..”, suara itu terdengar
sayup-sayup. “Ketiduran kah Pak?” lanjutnya. Rupanya Mak Isah tukang
bersih-bersih di kantor sudah ada di depanku. Aku membuka mataku dan langsung
terbelalak. Di hadapanku bukan meja kerja transparan dengan gaya modern tadi
yang tampak melainkan sebuah meja kayu usang dengan laci yang sudah tak bisa
dikunci. Oalahh.. rupanya aku sejenak
tertidur di ruanganku akibat kurang tidur semalam. He..he..he.. nikmatnya mimpi
jadi CEO Grup Bakrie.. :-)