Dalam suatu acara di salah satu televisi swasta pernah dibahas mengenai kisah sukses seorang
pengusaha yang masih muda dalam memasarkan produknya yaitu keripik pedas. Saya
tak mau menyebutkan nama produknya di sini nanti takut dibilang iklan. Yang
pasti kota awal pemasaran keripik pedas ini ada di Bandung. Nah, kira-kira
pasti pembaca sudah tahu apa nama produknya. Yang pasti bukan tentang produk
itu yang akan kita bahas sekarang tetapi tentang sekelumit sejarah yang harus
ditempuh si pengusaha untuk mencapai sukses hingga seperti sekarang. Dulu awalnya
ia hanya menitipkan dagangannya (keripik pedas tadi) ke warung-warung. Memang hasilnya
lumayan. Penerimaan pasar sangat lumayan. Tapi kemudian mentok karena pangsa
pasar hanyalah orang yang berkunjung ke warung. Di kemudian hari pengusaha
tersebut menggunakan teknik pemasaran yang lebih baik. Ini yang melambungkan
nama produknya hingga dikenal seperti sekarang. Tak cuma di Bandung, produknya
kini merambah ke kota besar lainnya.
Apa teknik pemasaran yang digunakannya? Ternyata ia menggunakan media
sosial. Media sosial jenis apa? Bagaimana caranya? Apa sih kekuatan media sosial hingga bisa meningkatkan pemasaran
produknya hingga seperti sekarang? Nah, itu yang satu persatu akan dipaparkan
di sini.
Stelzner dalam “2012 Social Media
Marketing Industry Report” menyatakan dari 3,800 marketers yang ia survei , 83% mengindikasikan bahwa media sosial
merupakan hal yang penting dalam bisnis mereka. Survei tersebut juga menemukan
bahwa ada 3 keuntungan yang dirasakan para marketers dalam menggunakan media
sosial. Pertama, 83% marketers merasa
bahwa media sosial menambah jumlah paparan produk mereka ke banyak orang.
Kedua, dengan media sosial, 69% marketers
merasa bahwa lalu lintas pencarian untuk produk mereka meningkat. Ketiga, 65% marketers menyatakan bahwa media sosial
meningkatkan pemahaman orang akan produk mereka.
Apa saja media sosial yang menjadi alat promosi mereka? Stelzner
menyebutkan bahwa ada 5 media sosial yang paling sering digunakan untuk
mendongkrak performa bisnis skala kecil hingga besar. Kelimanya adalah: Facebook, Twitter, LinkedIn, Blog,
dan You Tube.
Salah satu marketers yang saya
kenal, sebut saja namanya Dewi membenarkan sebagian besar hasil survei Stelzner
tadi. Sebagai ibu rumah tangga yang mengandalkan pemasaran produk fashion via media sosial, Dewi kini
merengguk keuntungan yang tak main-main. Omzetnya meningkat meningkat menjadi
puluhan juta rupiah per bulan hanya dari penjualan online. Ada beberapa cara
yang Dewi lakukan dalam memanfaatkan media sosial. Berikut ini beberapa di
antaranya:
- Menciptakan event menarik. Sebagai pengusaha kecil produk fashion, Dewi berusaha menggelar fashion show setidaknya tiap 3 bulan. Acara fashion show ini yang kemudian disebar luaskan lewat media sosial.
- Membuat hari-hari diskon khusus yang tak biasa. Kalau biasanya banyak pengusaha menunggu memberikan diskon pada saat Lebaran atau Natal atau pada saat-saat yang mungkin sebagian besar sudah diketahui orang, Dewi tidak melakukan hal itu. Dewi dengan cerdas melihat hari-hari lain sebagai peluang. Misalnya, ia memberikan diskon untuk produk batik saat hari batik nasional. Diskon khusus untuk dokter pada hari dokter nasional. Atau pernah juga Dewi menghubungkan pemberian diskon dengan peristiwa khusus. Contohnya pada pemilihan presiden Amerika kemarin, Dewi memberikan diskon khusus untuk produk fashion dari Amerika.
- Kartu nama full informasi akun media sosial. Dalam memperkenalkan dirinya ke mitra atau ke calon pelanggan, kartu namanya yang penuh dengan logo media sosial selalu menyertai kemanapun ia pergi. Di kartu nama ini calon pembeli bisa menghubungi, melihat jenis produk, melakukan pemesanan, dan lain-lain lewat akun-akun media sosial yang Dewi punyai.
- Menggunakan polling untuk analisis peminatan produk. Salah satu fasilitas dalam media sosial adalah fasilitas polling yang bisa digunakan untuk menganalisis produk-produk apa yang akan diminati konsumen selanjutnya. Dewi menggunakan polling ini untuk memutuskan produk baru apa yang akan ia pasarkan selanjutnya.
- Ruang konsumen. Selain fasilitas polling, beberapa media sosial seperti Facebook dan LinkedIn memampukan interaksi antara pebisnis dengan konsumennya. Menciptakan bilik “ruang konsumen” dilakukan Dewi untuk memperkuat relasi dengan pelanggannya. Di ruang ini pelanggan bisa bertanya mengenai produk atau bisa juga memberikan kesaksian mengenai produk-produk yang mereka beli dari Dewi. Di ruang konsumen ini, para pelanggan bahkan bisa men-tag kenalan mereka sehingga pangsa pasar untuk produk akan semakin bertambah.
Chad Brooks di Business News Daily mengelompokkan 7 jenis media sosial
yang bisa digunakan secara cuma-cuma alias gratis dalam mempromosikan bisnis terutama untuk
bisnis skala kecil. Media tersebut adalah:
- Facebook, media ini menyediakan laman khusus untuk bisnis yang bisa diisi dengan profil produk dan hal-hal lain yang penting untuk diketahui calon konsumen. Facebook juga memungkinkan interaksi antara penjual dan pembeli.
- Twitter, walau hanya memuat kalimat dengan jumlah kata terbatas, twitter bisa memuat link produk yang kita paparkan secara lengkap dalam blog atau Facebook. Twitter juga memungkinkan kita mengelola laman komentar untuk produk lewat mekanisme hash tagging.
- Local listing services seperti Google Places, Yahoo!Local, dan Microsoft Bing bisa jadi pilihan juga untuk melakukan promosi produk. Cukup dengan mengaktifkan lokasi, deskripsi tentang lokasi bisa berisi sedikit ulasan mengenai produk yang dipasarkan.
- Laman yang menyediakan fasilitas Press Release, contohnya FreePress Release, PR log, 24/7 Press Release, dan I-Newswire.
- Laman yang menyediakan video online. Yang paling populer adalah You Tube. Namun boleh juga mencoba Viddler, Vimeo, Dailymotion, dan UStream.
- Pinterest, di sini kita bisa melakukan pin ibaratnya menempelkan kertas di papan pengumuman. Yang bisa kita tempelkan biasanya link atau foto, namun ada baiknya jika menambahkan informasi yang lain. Contoh: memaparkan tentang ide pesta jika produk yang mau dipasarkan adalah event organizer, atau memberikan resep cupcakes jika produknya berhubungan dengan makanan ringan, dan lain-lain.
- Instagram. Bicara tentang Instagram pasti langsung terbayang tentang foto. Betul sekali. Namun jangan lupa akan fasilitas share foto yang dimungkinkan disini. Jika restoran adalah bisnis yang ingin dipopulerkan, pajanglah foto orang-orang yang sedang makan di restoran anda. Bisa juga memajang foto para model yang menggunakan produk fashion yang mau dipasarkan.
Saya tidak tahu apakah marketers
yang disurvei oleh Stelzner tadi termasuk marketers
dari Indonesia atau tidak. Yang pasti kekuatan media sosial sudah terbukti pada
beberapa pengusaha kecil yang memulai usahanya dengan modal yang kecil pula.
Sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang melakukan bisnis dari rumah karena
tidak bisa meninggalkan si kecil. Ada juga yang melakukan bisnis on line sebagai pekerjaan sampingan.
Yang jelas ada kemungkinan jika disurvei hasilnya tak akan jauh berbeda. Pasti sebagian
besar marketers Indonesia juga akan
menjawab yang serupa, bahwa media sosial itu penting bagi pertumbuhan bisnis
terutama untuk bisnis skala kecil. Kalau disurvei juga khusus Indonesia,
kemungkinan besar akan ada juga pengusaha level coba-coba yang mungkin masih
belum mempunyai pemahaman dasar mengenai bisnis. Pengusaha level coba-coba ini
yang kadang hanya melakukan listing
produk saja tanpa peduli produknya akan laku atau tidak. Padahal dengan pengetahuan
bisnis yang baik bisa saja peluang usahanya akan meningkat. Belum lagi jika ia
mengoptimalkan penggunaan media sosial seperti yang telah kita bahas di atas.
Salah satu cara menimba ilmu bisnis adalah dengan mendaftarkan diri di
sekolah bisnis. Prasetiya Mulya Business School menyediakan hal tersebut dengan
segala keunggulan yang dimiliknya. Institusi ini menyediakan kelas belajar di
level under graduate, graduate, dan Executive Learning Institute.
Di kelas Executive Learning Institute Prasetiya Mulya Business School, pembelajaran
dilakukan dalam bentuk kursus singkat yang akan memampukan peserta kursus
memperoleh pengetahuan yang dalam, sistematis, dan integratif sehingga siap
menjadi pelaku bisnis yang cerdas.
Industri kecil tak akan maju tanpa pebisnis yang andal dan metode
pemasaran yang baik. Media sosial memungkinkan pemasaran produk yang lebih luas
karena dunia maya tidak dibatasi oleh batas wilayah atau negara. Kombinasi
keduanya mutlak diperlukan dalam menentukan keberhasilan sebuah usaha. Pebisnis
yang baik (kalau bisa keluaran Prasetiya Mulya Business School?) yang tahu cara
menggunakan media sosial akan memperoleh manfaat besar dalam meningkatkan omzet
dan memajukan usahanya.
Bacaan:
www.businessnewsdaily.com
Stelzner, Michael A., 2012 Social Media Marketing Industry Report, April 2012