Kemarin, atas usulan seorang
kawan saya bersama beberapa teman mengunjungi suatu tempat di Surabaya yang
disebut sebagai Kampung Ketandan. Jujur, lama bermukim di Surabaya tak serta
merta membuat saya tahu persis dimana lokasi kampung ini. Begitu mendengar
namanya maka otomatis yang terpikir adalah menanyakan perihal tentangnya kepada
orang yang tepat. Orang itu adalah Mbah Google :-)
Dari si Mbah, saya mendapatkan
petunjuk untuk mengunjungi blognya yaitu
Ketandan Surabaya. Blog ini aktif
sejak Maret 2016. Jadi, asumsi saya kemungkinan besar kampung ini baru
direvitalisasi sekitar awal tahun 2016 ini. Tapi itu masih sebatas asumsi.
Mungkin ada baiknya langsung mengunjungi lokasi dan bertanya pada informan yang
tepat.
Ketika mengunjungi lokasi, jika
tidak bertanya maka tidak akan dapat lokasinya. Karena kebetulan kami rajin
bertanya maka lokasinya pun dapat dan nggak pakai nyasar….he..3x Ternyata lokasinya
benar seperti apa yang ada di foto yang ditampilkan di blognya. Saya coba
bandingkan foto lawas yang ada di blog dengan foto kemarin. Tampak sekali perbedaannya,
perbedaan yang membuat saya sadar bahwa ternyata jalan itu sudah ada sejak
jaman dahulu kala. Keren…
|
Jalan di depan Kampung Ketandan sekarang. Photo by Rudy Rapang. |
Sayangnya Kampung Ketandan bukan
terletak di jalan itu. Itu hanya jalan pembuka saja. Jalan masuk Kampung
Ketandan persis ada di sebelah Bank of India Indonesia (mudah-mudahan saya
menyebutnya dengan benar..). Jalannya kecil, hanya bisa dilalui oleh motor.
Nah, ini bagian yang paling menarik: motor ternyata hanya boleh menyala di
pintu masuk saja, selebihnya harus dituntun. Itu ternyata yang membuat kami
tidak mendengar deru motor selama berjalan-jalan di kampung ini.
|
Mural langsung menyambut di pintu masuk kampung. Photo by Rudy Rapang. |
Ketika memasuki kampung, hampir
semua tembok dan jalan dipenuhi oleh mural. Desainnya oke dan sepertinya belum
berumur lama. Saya mencoba menyentuh beberapa bagian mural dan ternyata sangat
sedikit debu yang menempel. Kembali berasumsi, kemungkinan mural baru dibuat
ketika ada perhelatan besar Prepcom HABITAT III yang diadakan Juli lalu. Ini
adalah sebuah even berskala internasional dan Surabaya terpilih menjadi tuan
rumahnya. Tak heran, jika Surabaya harus lekas-lekas bersolek dan menampilkan
yang terbaik dari dirinya. Dan, ini yang paling penting, tak ada yang salah
dengan hal itu. Toh hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh warganya. Dalam hati
sempat terpikir juga, baik juga kalau sering-sering ada perhelatan besar
berskala internasional dilakukan di Surabaya supaya kota ini makin terlihat
oke.
Kampung Ketandan terlihat sepi
siang itu. Salah kami sendiri mungkin, karena berkunjung pada jam kerja
sehingga sulit menemukan orang yang bisa menjadi sumber informasi. Namun, dari
penglihatan secara fisik dapat diketahui bahwa memang kampung ini sangat
bersih. Public space? Ada dan cukup banyak, bahkan tersedia pula tempat
pertemuan (balai) khusus perempuan. Ini menarik, karena di belakang
gedung-gedung tinggi itu ternyata tersimpan suatu kampung yang tertata rapi
seperti Kampung Ketandan.
|
Mural di kampung Ketandan. Photo by Rudy Rapang. |
|
Balai tempat aktifitas warga di Ketandan. Photo by Rudy Rapang. |
|
Balai tempat aktifitas warga di Ketandan. Photo by Rudy Rapang. |
|
Tersedia juga tempat berkumpul untuk kaum perempuan. Photo by Rudy Rapang. |
Akhirnya, terpikir juga untuk
menyebarluaskan apa yang terjadi di kampung ini ke kampung-kampung lain.
Bayangkan, kalau semua kampung di Surabaya seperti ini… wow keren! Maka tak
salah memang kalau kampung ini sempat dikunjungi oleh delegasi berbagai negara
saat perhelatan Prepcom HABITAT III lalu. Sukses terus untuk siapapun yang
memulai kampung ini. Keberhasilannya bukan pada bentuk fisik kampung ini, namun
pada unsur moralnya dimana semua warga benar-benar berpartisipasi untuk
kemajuan kampungnya. Ini nih yang bisa dinamakan Kampung’e Arek Suroboyo… gimana? Setuju?